TpG6BSAiBUYlBUY5TUr5GfriGi==

Mengenal Lebih Dekat Buah Duku

 MlatenMania.com - Lansium domesticum atau biasa disebut dengan duku termasuk dalam famili Meliaceae dan merupakan tanaman berupa pohon tinggi yang tegak dan menahun. Tinggi pohonnya dapat mencapai 20 m dengan diameter batang 35-40 cm (Gambar 2.a). Batangnya beralur-alur dalam dan menjulur tinggi. Kulit batangnya berwarna cokelat kehijauan atau keabu-abuan, pecah-pecah, dan bergetah putih. Kulit batangnya tipis dan sukar dilepaskan dari batangnya.

Klasifikasi Tanaman Duku

Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Sapindales
Suku : Meliaceae
Marga : Lansium
Jenis : Lansium dome sticum Corr var duku Hasskl

Mengenal Lebih Dekat Buah Duku
Buah Duku

Buahnya berbentuk tandan, bentuk buahnya bulat atau bulat memanjang berdiameter sekitar 2-4 cm. Kulit buah duku muda berwarna hijau dan berubah menjadi kuning saat matang. Daging buahnya tebal, putih jernih agak transparan, agak kenyal, dan rasanya manis atau manis keasaman. Buah duku matang tidak mengeluarkan getah jika dibuka, bijinya kecil dan sedikit, daging buahnya tebal dan banyak, serta rasa daging buahnya manis. Tanaman duku butuh curah hujan sekitar 2000-3000 mm per tahun dengan suhu 25-25 oC dan butuh musim kemarau selama 3-4 minggu untuk merangsang perkembangan bunga. Duku tumbuh pada ketinggian kurang dari 600 m dengan jenis tanah berupa tanah liat dengan pH 5,5-6,6 serta drainase yang baik.

Duku dapat dibedakan dari tanaman yang satu spesies namun beda varietas yakni langsat. Langsat memiliki batang yang lebih kurus, daun berwarna hijau tua dengan permukaan atas dan bawah daun berbulu halus dan kurang lebat. Daun duku pada permukaan atas dan bawah tidak berbulu. Percabangannya tegak dan tandan buah langsat panjang, padat dan terdiri dari 15-25 butir buah per tandan, sedangkan tandan duku pendek dan hanya berisi 3-10 buah per tandan. Buah langsat bentuknya bulat telur dan ukurannya besar, sedangkan buah duku bentuknya bulat dan besar. Buah langsat bergetah bila masak, sedangkan buah duku tidak bergetah bila masak. Buah langsat juga terasa lebih masam daripada duku.

Senyawa Fotokimia Dan Aktivitas Farmakologi Tanaman Duku

Esktrak etanol kulit buah Lansium domesticum Cor. (langsat) dinyatakan positif mengandung senyawa fenol, tanin, saponin, triterpenoid, alkaloid, dan flavonoid. Komponen utama daun duku adalah asam lansiolat dan komponen minoritasnya adalah 3-okso-24-sikloarten-21-oat yang dikarakterisasikan sebagai sikloartanoid tipe baru dari asam karboksilat. Kedua senyawa tersebut merupakan senyawa triterpenoid. Kulit buah duku mengandung 5 onoceroid triterpen yakni 3β-hydroxyonocera-8(26), 14-dien-210one, α-ᵧ-onoceradienedione, lansiolic acid, lansionic acid, dan lansiosida C, sedangkan bijinya mengandung germacrene D.

Senyawa aktif dari bagian tanaman duku memiliki aktifitas farmakologis yang dapat dimanfaatkan untuk bahan obat. Senyawa cycloartanoid triterpene dari daun duku dilaporkan memiliki aktivitas penghambatan kanker kulit. Biji duku juga dilaporkan mengandung senyawa terpenoid, steroid, glikosida, flavonoid, dan alkaloid yang berperan sebagai antibakteri. ekstrak air dari daun dan kulit L. domesticum dapat mengganggu siklus hidup parasit Plasmodium falciparum. Ekstrak kulitnya juga dapat mengganggu siklus hidup parasit. Berikut adalah senyawa fitokimia yang terkandung dalam Lansium domesticum Corr var duku).

1. Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa organik yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan. Senyawa alkaloid bersifat basa dan struktur kimianya mempunyai sistem lingkar heterosiklik dengan nitrogen sebagai hetero atomnya. Alkaloid tersusun atas karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen. Keberadaan nitrogen dalam lingkar pada struktur alkaloid menyebabkan alkaloid bersifat alkali. 

Pelarut air dan larutan asam baik digunakan untuk mengekstrak senyawa alkaloid. Alkaloid juga dapat diekstraksi menggunakan etanol. Mekanisme alkaloid sebagai antibakteri adalah dengan menganggu komponen penyusun peptidoglikan pada dinding sel bakteri sehingga lapisan dinding selnya tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel.

2. Flavonoid

Senyawa flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6. Kerangka flavonoid terdiri dari 1 cincin aromatik A, 1 cincin aromatik B, dan cincin tengah heterosiklik yang mengandung oksigen. Bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub kelompoknya. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan alami dengan mendonorkan atom hidrogen atau melalui kemampuannya mengkelat logam. Flavonoid dapat berada dalam bentuk glukosida atau dalam bentuk bebas.

flavonoid dapat diekstrak dengan baik menggunakan pelarut polar seperti air, etanol dan metanol. Flavonoid aglikon (tanpa gula) biasanya diesktrak dengan solven yang tidak terlalu polar seperti benzen, kloroform, dan dietil eter, sedangkan flavonoid glikosida (memiliki molekul gula) biasanya diekstrak dengan pelarut yang lebih polar seperti aseton butanol, etanol, dan metanol. Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri adalah dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri lalu diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler.

3. Terpenoid

Terpenoid merupakan senyawa yang terdiri atas kerangka isopren (C5), yaitu rantai yang beranggotakan lima karbon bercabang metil pada karbon nomor dua atau kelipatannya. Terpenoid terbentuk melalui jalur biosisntesis mevalonat dan deoksiselulosa. Senyawa asam ursolat, asam betulinat, azadiraktin, karotenoid, skualen, dan berbagai macam parfum dan aroma merupakan senyawa golongan terpenoid. Triterpenoid adalah metabolit sekunder turunan terpenoid yang kerangka karbonnya berasal dari enam isoprena (2-metilbuta-1,3-diene) yakni rangka karbon yang dibangun oleh enam satuan C5 dan diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik.

Triterpenoid sering memiliki gugus alkohol, aldehid, ataupun asam karboksilat. Sebagian senyawa triterpenoid mempunyai efek farmakologis seberti antidiabetes, mengobati gangguan menstruasi, gangguan kulit, kerusakan hati, dan mengobati malaria. Triterpenoid juga dapat berfungsi sebagai antifungi, insektisida, antipemangsa, antibakteri, dan antivirus.

Mekanisme senyawa terpenoid sebagai antibakteri adalah dengan menyebabkan kerusakan membran oleh senyawa lipofilik (Haryati dkk., 2015). Terpenoid bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer kuat sehingga porin rusak. Kerusakan porin (pintu keluar masuknya senyawa) akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri sehingga sel bakteri kekurangan nutrisi dan pertumbuhannya terhambat atau mati.

4. Steroid

Steroid dan turunannya tersebar luas di alam, baik pada hewan maupun tumbuhan. Steroid larut dalam lemak, dan tidak dapat disabunkan. Struktur kimianya mengandung cincin atau lingkar siklopentanoperhidrofenantrena yang merupakan kombinasi antara lingkar siklopentana dan lingkar perhidrofenentrena. Struktur kimia steroid mempunyai empat buah lingkar.

Steroid merupakan senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasilkan dari reaksi penurunan terpena atau skualena. Steroid adalah senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana jenuh. Mekanisme kerja antibakteri senyawa steroid yaitu dengan cara merusak membran sel bakteri.

5. Tanin

Tanin merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin termasuk ke dalam golongan senyawa polifenol yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya. Tanin dibagi ke dalam 2 kelompok, yakni tanin yang mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan polimer dari gallic atau ellagic acid yang berikatan ester dengan sebuah molekul gula, sedangkan tanin terkondensasi adalah polimer senyawa flavonoid dengan ikatan karbon. 

Tanin dapat menginaktifkan adhesin pada bakteri sehingga bakteri akan lebih susah menempel pada sel inang. Tanin juga dapat menghambat pembentukan polipeptida dinding sel bakteri sehingga sel bakteri mengalami lisis. Akibat pembentukan polipeptida dinding sel bakteri terganggu, bakteri akan mengalami pengerutan dinding sel sehingga dapat mengganggu permeabilitas sel. Terganggunya permeabilitas sel bakteri menyebabkan sel tersebut tidak dapat melakukan aktifitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat dan terjadi pengerutan dinding sel bakteri sehingga bakteri mati.

6. Saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida yang mengandung aglikon steroid atau triterpenoid dan 1 atau lebih rantai gula. Saponin adalah senyawa fitokimia golongan glikosida yang dapat dideteksi keberadaannya berdasarkan kemampuannya membentuk buih dalam air. Saponin menurunkan tegangan permukaan air dan membentuk dispersi koloidal dalam air. Saponin dalam air akan menghasilkan buih ketika dikocok secara terus-menerus. Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan permukaan sehingga menyebabkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan senyawa intraseluler akan keluar.

Serbuk daun duku memiliki bau yang aromatis yang menunjukkan kemungkinan adanya senyawa volatil tertentu pada daun duku. Senyawa volatil tersebut biasanya termasuk dalam golongan terpen. aktivitas antibakteri kulit buah duku berasal dari senyawa terpenoid, sehingga kemungkinan aktivitas antibakteri daun duku juga berasal dari senyawa terpenoid, sehingga dilakukan uji kualitatif senyawa volatil (terpen) dengan GCMS. Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS) merupakan perpaduan kromatografi gas dan spektroskopi masa. Sampel akan dipisahkan secara fisik menjadi molekul yang lebih kecil dengan kromatografi gas lalu akan diubah menjadi ion-ion gas oleh spektroskopi masa. Masa ion tersebut bisa diukur berdasarkan hasil deteksi berupa spektrum masa.

Demikian artikel mengenai Mengenal Lebih Dekat Buah Duku, mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk kita semuanya.

Komentar0

Tinggalkan komentar Anda disini:

Type above and press Enter to search.