TpG6BSAiBUYlBUY5TUr5GfriGi==

Mari Mengenal Makanan Khas Semarang Lumpia

 MlatenMania.com - Lumpia berasal dari Bahasa Cina, sewaktu Dinasti Jin Timur (317-420 AD) yang ibukotanya di-Nanjing sekarang, disebut chun-juan alias spring roll yang menyebar didaerah selatannya Yangtze River, chun-juan adalah sinonim dengan lunpia/lumpiaTerjadi revolusi bahan isi chun-juan diwaktu jaman Dinasti Tang (618-906 AD), dari yang semula merupakan hidangan dingin vegetarian, sekarang ditambah isi bahan dagingan yang dimasak, yang kemudian dibawa orang Tanglang ke Hokkian dan disana disebut lunpia atau lafal Jawa: lumpia, yaitu pia musim Semi atau pia lunak, karena semulanya tidak digoreng.

Mari Mengenal Makanan Khas Semarang Lumpia
Lumpia Semarang
Lumpia terdiri dari lembaran tipis tepung gandum yang dijadikan sebagai pembungkus isian yang umumnya adalah rebung, telur, sayuran segar, daging, atau makanan laut. Di Indonesia, lumpia dikenal sebagai jajanan khas Semarang dengan tatacara pembuatan dan bahan-bahan yang telah disesuaikan dengan tradisi setempat.

Sejarah Kuliner Lumpia

Kuliner lumpia hadir pertama kali pada abad ke 19 dan merupakan salah satu contoh perpaduan budaya asli Tionghoa dengan budaya Jawa yang serasi dalam cita rasa. Asal-usul keberadaan kuliner lumpia bermula dari saat Tjoa Thay Joe yang lahir di Fujian, memutuskan untuk tinggal dan menetap di Semarang dengan membuka bisnis makanan khas Tionghoa berupa makanan pelengkap berisi daging babi dan rebung. Tjoa Thay Joe kemudian bertemu dengan Wasi, orang asli Jawa yang juga berjualan makanan yang hampir sama, hanya saja rasanya lebih manis dan berisi kentang juga udang. Seiring waktu bejalan, mereka bukannya bermusuhan, malah saling jatuh cinta dan kemudian menikah.

Bisnis yang dijalankan pun akhirnya dilebur menjadi satu dengan sentuhan-sentuhan perubahan yang malah semakin melengkapi kesempurnaan rasa makanan lintas budaya Tionghoa-Jawa. Isi dari lumpia diubah menjadi ayam atau udang yang dicampur dengan rebung serta dibungkus dengan kulit lumpia. Keunggulannya adalah udang dan telurnya yang tidak amis, rebungnya juga manis, serta kulit lumpia yang renyah jika digoreng. Makanan khas Semarang ini biasanya dipasarkan di Olympia Park, pasar malam Belanda di daerah Mlaten, Kota Semarang, tempat biasa mereka berjualan berdua. Oleh karena itu makanan ini dikenal dengan sebutan lumpia. Usahanya semakin besar, sehingga dapat diteruskan oleh anak-anaknya dan pegawai-pegawainya hingga sekarang dengan rasa serta cara pembuatan yang berbeda.

Perkembangan budaya etnis Tionghoa di Kota Semarang pada masa Orde Lama hingga Orde Baru mengalami masa pergejolakan dan deskrimasi. Hal ini disebabkan karena pemerintah Orde Baru telah mengeluarkan beberapa peraturan yang bersifat deskriminatif. Peraturan tersebut berdampak pada etnis Tionghoa yang dipertegas saat dikeluarkannya Instruksi Presiden No.14 tahun 1967, tentang agama, budaya, dan adat istiadat, dokumen Intruksi Presiden Republik Indonesia No.14 tahun 1967. Masyarakat etnis Tionghoa tidak dapat dengan bebas melakukan segala aktivitas budayanya, karena dilarang untuk dipertunjukkan di depan umum. Pada waktu itu, usaha kuliner lumpia yang juga merupakan bagian dari budaya peranakan Semarang, tetap dapat berjualan, namun tetap saja pengusaha kuliner lumpia tidak dapat maju untuk lebih berkembang karena peluang pengusaha kuliner lumpia membuka usahanya di acara-acara kebudayan Tionghoa tidak dapat lagi terealisasikan, sehingga peluang para pengusaha kuliner lumpia pada masa itu sangat terbatas untuk melakukan aktivitas berjualannya.

Pada era reformasi kebijakan asimilasi bagi etnis Tionghoa dihapuskan. Sehingga pergerakan kaum Tionghoa sudah tidak mengalami pembatasan lagi. Para pemimpin di Era Reformasi lebih toleran dibandingkan pemimpin pada masa Orde Baru, sehingga masyarakat peranakan Tionghoa di Semarang sudah mulai berani berekspresi untuk kembali menikmati kebudayaan mereka, seperti perayaan Imlek diperbolehkan untuk dilaksanakan, pemakaian Bahasa Mandarin sudah diperbolehkan, dan kesenian Barongsai kembali dibuka.

Maka dari hal tersebut, memberikan dampak positif pula bagi masyarakat pengusaha kuliner peranakan Tionghoa di Semarang. Karena pada masa Reformasi pengusaha kuliner lumpia di Semarang dapat mengembangkan usaha kuliner lumpia dengan bebas tanpa adanya keterbatasan akibat peraturan kebijakan asimilasi etnis Tionghoa di Semarang, mereka sudah dapat berjualan pada acara-acara perayaan kebudayaan Tionghoa. Hingga sekarang usaha kuliner lumpia tetap bertahan, bahkan telah berkembang dan sangat populer tidak hanya di Kota Semarang sendiri, melainkan juga dikenal di daerah-daerah lainnya. Perkembangan kuliner lumpia Semarang pada masa Era Reformasi semakin berkembang, hingga sekarang kuliner lumpia telah semakin menunjukkan eksistensinya di masyarakat. Media pemasarannya pun semakin mudah karena semakin banyak media yang ingin memberitakan produk hasil dari akulturasi budaya Tonghoa–Jawa ini. Walaupun kuliner lumpia memiliki peran sebagai budaya serta kuliner dapat menjadi bagian dari sejarah yang berpengaruh terhadap ragam kuliner di setiap daerah, tetapi belum banyak ada penelitian khusus yang membahas mengenai dinamika perkembangan industri kuliner lumpia di Semarang tahun 1998-2017.

Lumpia

Lumpia merupakan kuliner khas Semarang hasil dari akulturasi budaya kuliner Jawa-Tionghoa. Kuliner lumpia menjadi signature dish Kota Semarang, karena keunikan cara penyajiannya, yang disajikan bersama dengan cabe rawit, acar dan saus khas lumpia Semarang, serta isiannya menggunakan bahan rebung yang dirajang kasar. Makanan ini dimasak dengan udang kupas, pihi (sejenis ikan) dan telur, kemudian dicocol dengan saus kental gurih kecoklatan. Kuliner lumpia Semarang memiliki aroma bau khas rebung yang berbeda dengan kuliner lumpia di daerah lainnya.

Resep Lumpia Semarang

Bahan

  • 20 lembar kulit lumpia ukuran 20x20 cm, siap pakai
  • minyak untuk menggoreng

Isian:

  • 2 sdm minyak sayur
  • 3 siung bawang putih, cincang halus
  • 250 g udang kupas, cincang
  • 1 sdm ebi, rendam air panas, tumbuk halus
  • 2 butir telur ayam
  • 1 kg rebung rebus/kalengan, iris halus panjang
  • 1/2 sdt merica bubuk
  • 1 sdt garam
  • 3 sdm kecap manis
  • 2 sdm saus tiram
  • 1 sdt gula merah sisir

Saus:

  • 300 ml air
  • 2 siung bawang putih, parut
  • 1/2 sdt merica bubuk
  • 50 g gula Jawa, sisir halus
  • 2 sdm tepung kanji, larutkan dengan sedikit air

Pelengkap:

  • Lokio
  • Cabai rawit
  • Acar mentimun

Cara Membuat

  1. Isian: Panaskan minyak, tumis bawang putih hingga harum.
  2. Masukkan udang cincang dan ebi, aduk hingga udang matang.
  3. Sisihkan di pinggir wajan, kocok telur lalu tuangkan ke sisi wajan dana duk cepat hingga bergumpak.
  4. Tambahkan rebung dan bahan lainnya. Aduk rata dan masak di atas api kecil hingga kering atau air dalam rebung habis. Angkat.
  5. Isi tiap lembar kulit lumpia dengan 1 sdm penuh adonan Isi.
  6. Gulung sedikit lalu lipat sisi kiri dan kanannya sambil gulung dan padatkan.
  7. Rekatkan ujungnya dengan sedikit air. Sisihkan.
  8. Panaskan minyak banyak di atas api sedang. Goreng lumpia hingga kuning kecokelatan. Angkat dan tiriskan.
  9. Saus: Masak semua bahan kecuali tepung kanji hingga mendidih.
  10. Tuangi larutan tepung kanji, aduk hingga kental. Angkat dan dinginkan.
  11. Sajikan lumpia bersama Saus dan Pelengkapnya.

Demikian artikel mengenai Mari Mengenal Makanan Khas Semarang Lumpia, mudah-mudahan apa yang sudah Saya sampaikan pada kesempatan ini bisa bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.

Komentar0

Tinggalkan komentar Anda disini:

Type above and press Enter to search.