TpG6BSAiBUYlBUY5TUr5GfriGi==

Mari Mengenal Udang Windu

 MlatenMania.com - Udang windu (Penaeus monodon) merupakan komoditas ekspor yang bermakna penting bagi perekonomian Indonesia. Budidaya udang windu (Penaeus monodon) di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1970 dan sampai saat ini masih merupakan salah satu kegiatan perikanan yang cukup potensial. Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditas primadona di subsektor perikanan yang diharapkan dapat meningkatkan devisa negara.

Mari Mengenal Udang Windu
Udang Windu


Klasifikasi Udang Windu

Secara Internasional udang windu dikenal sebagai black tiger, tigershrimp, atau tiger prawn. Istilah tiger ini muncul karena corak tubuhnya berupa garis-garis loreng mirip harimau, tetapi warnanya hijau kebiruan. Udang windu dalam bahasa daerah dinamakan juga sebagai udang pancet, udang bago, lotong, udang liling, udang baratan, udang palaspas, udang tepus, dan udang userwedi.

Klasifikasi udang windu sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustaceae
Kelas Ordo : Malacostraca
Subordo : Dendrobranchiata
Famili : Penaeidae
Genus : Penaeus
Species : Penaeus monodon

Morfologi Udang Windu

Secara morfologis tubuh udang terdiri dari dua bagian, bagian kepala dan bagian dada (cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Dibagian kepala sampai dada terdapat anggota-anggota tubuh lainnya yang berpasang-pasangan. Berturut-turut dari muka ke belakang adalah sungut kecil (antennula), sirip kepala (scophocerit), sungut besar (antenna), rahang (mandibula), alat-alat pembantu rahang (maxilla), dan kaki jalan (pereiopoda). Dibagian perut terdapat lima pasang kaki renang (pleopoda). Ujung ruas ke-6 arah belakang membentuk ujung ekor (telson). Dibawah pangkal ujung ekor terdapat lubang dubur (anus).

Udang jantan biasanya lebih besar, tubuh langsing, ruang bawah perut sempit, sedangkan udang betina gemuk karena ruang perutnya membesar.

Sebagai anggota dari golongan crustacea, semua badan udang tertutup oleh kulit keras yang mengandung zat chitin kecuali sambungan antar ruas, yang memungkinkan udang bergerak lebih fleksibel. Udang windu memiliki 19 pasang appendage. Lima pasang terdapat pada kepala, antenulla pertama dan antenulla kedua berfungsi untuk penciuman dan keseimbangan. Mandibula untuk mengunyah, serta maxilla untuk membantu makan dan bernafas. Tiga pasang appendage yang terakhir merupakan kesatuan bagian mulut. Udang windu menyukai perairan yang relatif jernih dan tidak tahan terhadap cemaran industri maupun cemaran rumah tangga atau pertanian (pestisida). Pasalnya, lingkungan hidup yang kotor dan dasar perairan yang berlumpur dapat menghambat pertumbuhan udang windu. Faktor pembatas pertumbuhan udang windu lainnya adalah suhu dan oksigen terlarut.

Udang windu digolongkan jenis hewan eurihalin atau hewan air yang dapat hidup dalam kisaran kadar garam 3-45% (pertumbuhan optimal pada salinitas 15-30%). Hewan ini aktif pada malam hari, sementara pada siang hari lebih suka membenamkan diri di tempat teduh atau lumpur. Udang mempunyai sifat nokturnal. Artinya, udang aktif bergerak dan mencari makan pada suasana yang gelap atau redup. Dalam mencari pakan, udang lebih mengandalkan indera kimia daripada indera penglihatan. Udang windu memiliki sifat kanibal pada padat tebar tinggi serta asupan pakan yang diberikan tidak mencukupi.

Makan Dan Kebiasaan Makan Udang Windu

Jenis makanan alami yang diperlukan udang di tambak disesuaikan dengan umur dan perkembangan udang. Jika udang masih kecil maka jenis makanan alami yang ditumbuhkan adalah zooplankton atau hewan-hewan halus. Berbeda jika udang sudah masuk umur 25 hari ke atas memerlukan makanan alami yang sesuai dengan bukaan mulut udang seperti phronima sp dan cacing sutera. Faktor penting dalam pertumbuhan udang windu (Penaeus monodon Fabr.) salah satunya sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan atau makanan. Pakan kategori berkualitas baik dicirikan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan sesuai kebutuhan udang. Jadi, pakan yang dikonsumsi udang tidak semua dapat dicerna, namun ada yang dikeluarkan dalam bentuk feces dan sisa metabolik seperti urin dan amoniak.

Beberapa indera yang digunakan udang untuk mendeteksi makanan adalah penglihatan (sight) audiosense, thermosense, dan chemosense. Indera keempat yaitu chemosense atau chemoreseptor merupakan alat yang paling peka untuk mendeteksi pakan. Dalam mencari pakan udang lebih mengandalkan indera perasa seperti antena flagella, rongga mulut, kaki jalan, carapace daripada indera penglihatan.

Komposisi Kimia Udang Windu

Kandungan Kimia Berat Basah (%) Berat Kering (%)
Kadar Air 73,39 0
Kadar Protein 18,35 68,96
Kadar Lemak 0,86 3,24
Kadar Karbohidrat 5,73 21,55
Kadar Abu 1,66 6,25
Kadar Serat Kasar 0,45 1,71

Demikian artikel mengenai Mari Mengenal Udang Windu, mudah-mudahan apa yang sudah Saya sampaikan pada kesempatan ini bisa bermanfaat untuk kita semuanya. Terimakasih.

Komentar0

Tinggalkan komentar Anda disini:

Type above and press Enter to search.