TpG6BSAiBUYlBUY5TUr5GfriGi==

Fenomena Dan Nilai-Nilai Tradisi Mudik Lebaran

 MlatenMania.com - Tradisi mudik lebaran menjadi fenomena yang terjadi setiap tahun dan telah menjadi kebiasaan bagi para perantau. Fenomena ini menarik untuk dikaji dari berbagai persektif, meskipun saat ini peran digital telah mampu menjembatani jarak dengan berbagai vitur namun belum mampu menggantikan rasa bertemu secara langsung dengan keluarga.

Fenomena Dan Nilai-Nilai Tradisi Mudik Lebaran

Tradisi Mudik Lebaran

Masyarakat perantau di Indonesia memiliki tradisi yang dilaksanakan setiap menjelang hari raya Idul Fitri, kebiasaan ini dikenal dengan tradisi mudik lebaranTradisi mudik lebaran penting diapresiasi dan diperhatikan dikarenakan banyak hal yang terlibat di dalamnya. Mudik berasal dari kata udik yang berarti kampung, kemudian ditambah awalan "m" menjadi "mudik", artinya pulang kampung, sedangkan lebaran adalah perayaan Idul Fitri, yakni hari raya keagamaan umat Islam yang jatuh setiap tanggal 1 Syawal dalam perhitungan kalender Hijriyah. Walaupun kerap didengar pula adanya istilah lebaran haji (perayaan hari raya Idul Adha). Kata lebaran lebih identik dengan perayaan Idul Fitri. Tradisi mudik lebaran berarti budaya pulang kampung saat menjelang Idul Fitri tiba, dengan tujuan merayakan lebaran idul fitri bersama keluarga di kampung halaman. Pada titik inlah mudik juga menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji.

Mudik adalah dorongan yang muncul dalam diri seseorang ketika menjelang lebaran. Dorongan ini muncul bagi perantau dan tinggal di kota orang lain untuk bertemu keluarga dikampung halaman. Mudik menjadi ritual bagi perantau yang selalu dinanti untuk melepas rasa rindu terhadap kampung halaman dan keluarga. Istilah mudik ini digunakan setiap menjelang Idul Fitri. Hal ini bisa disaksikan betapa padatnya arus mudik lebaran setiap tahunnya, baik jalur udara, darat maupun laut. Ada yang menggunakan mobil pribadi, kendaraan umum seperti bus, travel, kereta api, pesawat, kapal, bahkan tidak sedikit pula yang mengendarai motor secara beramai-ramai. Usaha untuk mudik memerlukan berbagai upaya, mulai dari memesan tiket transportasi umum yang terkadang bedesakan, menyiapkan kendaraan pribadi untuk keselamatan dalam perjalanan hingga oleh-oleh untuk keluarga yang ada dikampung halaman. Ketika dalam perjalan mudik tidak jarang mengalami kemacetan. Inilah mengapa mudik tidak salah apabila dikatakan bahwa mudik merupakan perjalanan yang sangat melelahkan dan merepotkan. Di samping membuang waktu dan biaya, mudik juga menguras tenaga dan pikiran, bahkan kadangkala harus mengalami penderitaan dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Padatnya lalu lintas dalam mudik, memunculkan istilah arus mudik dan arus balik lebaran.

Tradisi mudik lebaran jarang dijumpai diluar negeri meskipun di negara muslim sekalipun. Idul fitri atau lebaran mungkin setiap negara muslim merayakannya dengan berbagai kebiasaan, namun mudik merupakan keunikan tersendiri yang menjadi khas Indonesia. Lebaran memiliki makna tersendiri bagi masyarakat muslim Indonesia. Kata lebaran juga merupakan satu keunikan yang ada dalam agama Islam, bagaimana idiom Islam diterjemahkan secara kreatif oleh orang Indonesia. Keunikan ini bisa dilihat dari bagaimana cara orang Indonesia menterjemahkan lebaran dengan melakukan mudik. Berbagai kegiatan yang dilakukan ketika berada dikampung, seperti takbiran, bersalam-salaman, sungkeman, halal bihalal, ziarah kubur menjelang lebaran dan menjelang bulan ramadhan (nyadran), jamuan lebaran, tradisi memberi sangu kepada anak kecil, dan sebagainya.

Berbagai kegiatan tersebut memberikan makna tersendiri bagi para pemudik. Secara umum, kesemuanya itu pengungkapan makna dan nilai-nilai terhadap idul fitri telah banyak dipaparkan dalam al-Qur‟an dan hadis. Namun, penjelasan secara spesifik terhadap makna idul fitri ini masih jarang di analisis melalui pendekatan fenomenologis. Dalam hal ini, mudik telah menjadi tradisi yang hamper tiap tahun terjadi dan menjadi fenomena tersendiri yang menarik untuk dikaji lebih mendalam. Kenyataan demikian menjadikan tulisan ini menggali nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi mudik lebaran melalui pendekatan fenomenologis.

Fenomena Mudik Lebaran

Fonema dan istilah mudik lebaran muncul pada 1970-an. Saat itu, Jakarta merupakan satu-satunya kota besar di Indonesia. Orang dari desa beramai-ramai datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dan mengubah nasib. untuk mereka yang sudah mendapat pekerjaan, mereka akan mendapatkan jatah libur panjang. Biasanya, libur panjang itu jatuh pada hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri.  Jadilah momen lebaran ini digunakan untuk mudik atau pulang kampung dan bersilaturahmi dengan keluarga, juga mereka selalu menyempatkan diri untuk ziarah dan membersihkan kuburan leluhur. Kini, teknologi semakin maju. Sudah ada handphone, internet, hingga teleconference yang memudahkan komunikasi dari jarak jauh. Namun, meskipun biaya komunikasi lewat handphone dan internet sudah terjangkau, masyarakat merasa tradisi mudik belum dapat tergantikan.

Secara sederhana, mudik dapat diartikan sebagai "pulang kampung‟ atau pulang ke desa yang selalu dilakukan oleh mayoritas masyarakat muslim Indonesia. Umumnya tradisi mudik lebaran dilakukan oleh segenap umat beragama Islam yang berada di perantauan atau bertempat tinggal jauh dari kampung halaman pemudik. Dengan kata lain, pelaku tardisi mudik adalah kaum urban (orang yang hijrah). Tradisi mudik lebaran merupakan momen penting bagi seseorang yang berada di perantauan, ketika para pemudik sudah berada di desa atau kampung kelahiran diisi dengan berbagai kegiatan atau kebiasaan yang berlaku di daerah asal pemudik. Kebiasaan dan pengalaman ini memiliki nilia-nilai dan makna serta kesan tersendiri. Beberapa kebiasaan para pemudik yang sering dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Takbiran

Takbiran menjadi pengalaman momen yang biasa mendatangkan pengalaman baru dan haru disetiap perayaan idul fitri. Melantunkan takbir baik secara individual maupun berjamaah, ataupun saat mendengarkan kumandang takbir dan bedug yang bertalu-talu dari masjid dan mushola di sekitar rumah. Perasaan haru ini akan sangat tampak apabila seseorang karena sesuatu hal tidak dapat berlebaran di kampung halaman. Pemudik merasakan bahwa saat bertakbiran atau mendengar takbir diri mereka merasa betapa nikmatnya berpuasa dan merindukan kembali kehadiran ramadhan di tahun berikutnya. Tidak jarang para pemudik ikut melaksanakan takbiran keliling kampung bersama sanak saudara, bahkan di malam takbiran juga dilengkapi dengan momen kumpul bersama keluarga besar.

2. Sholat Idul Fitri Bersama Keluarga Besar

Satu momen yang ditunggu-tunggu adalah berkumpul dengan keluarga dan bersama-sama melaksanakan sholat idul fitri, di masjid, di lapangan, atau di halaman kantor yang luas. Para pemudik membaur bersama masyarakat dengan semangat berbondong-bondong bersama keluarga disertai senyum ceria, sambil membawa sajadah, dan tikar sebagai las sholat untuk mengikuti shalat Id berjamaah. Para pemudik menikmati shalat Id dalam konteks dapat bersama keluarga dan jamaah lain yang tinggal sekampung.

3. Berkumpul Dan Sungkeman

Momen yang tidak kalah penting dan menjadi salah satu tujuan utama ketika mudik adalah sungkeman dan berkumpul serta bercengkerama dengan keluarga, terutama dengan orang tua. Ketika pemudik berkumpul dengan keluarga menjadi pengalaman yang sangat membahagiakan. Kebahagiaan ini terjadi ketika momen buka puasa bersama diakhir bulan ramadhan, malam takbiran, sholat id dan bersimpuh dengan kedua orangtua. Pengalaman ini agaknya merefleksikan betapa berartinya seorang ibu bagi pemudik.

Orangtua (ayah dan ibu) yang masih hidup di kampung halaman merupakan daya tarik pemudik untuk puang ke kampung halaman, ibu merupakan keramat hidup yang doanya mustajab untuk anaknya. Selain itu mudik dengan tujuan untuk membahagiakan kedua orangtua, sungkeman dan mohon doa dari keduanya agar diberikan kesehatan dan keselamatan, rizki yang mudah dan barokah. Hal ini dilakukan tiada lain dikarenakan doa orangtua untuk anaknya adalah doa yang terbaik. Restu ibu adalah ridhonya Illahi Rabbi.

4. Bersilaturrahmi, bersalaman dan mengunjungi sanak saudara

Meskipun era digital mampu menyembatani berbagai kegiatan manusia dengan berbagai fasilitas, seperti pengiriamn pesan singkat, telekonferen, video call dan lain sebagainya, namun semua itu tidak mampu menggantikan bersilaturrahmi langsung dan berjabat tangan antar sesama, dan guru-guru mengaji pada masa kecil. Setelah saling bersalaman dan memaafkan, sembari menikmati hidangan khas lebaran, biasanya mereka saling bercerita tentang erjalanan mudik, pekerjaan, kondisi keluarga, sekolah anak-anak, dan saling mendoakan. Pada hari kedua dan seterusnya, silaturahmi dilanjutkan kepada saudara dan teman dekat yang tinggal di luar daerah.

5. Memberikan hadiah (pesangon)

Berbagi rezeki merupakan menjadi hal yang harus dilakukan, terlebih dengan sanak saudara serta kedua orangtua. Memberi atau berbagi ini menjadi bagian terpenting saat pulang kampung, berupa uang, pakaian baru, mukena, makanan yang dari luar daerah atau kota, dan lain sebagainya. Meskipun ini tidaklah wajib demikian, dengan kata lain walaupun hal tersebut tidak dilakukan, namun dengan semangat ingin kumpul bersama keluarga, kaum urban tetap melaksanakan tradisi mudik lebaran.

6. Ziarah Kubur

Ziarah kubur merupakan tradisi keagamaan yang biasanya dilakukan pula oleh para pemudik. Meskipun di masyarakat Jawa tradisi ini lazim dilakukan menjelang datangnya bulan ramadhan – yang dikenal dengan tradisi nyadran, namun disebagian besar masyarakat Indonesia ziarah kubur dilaksanakan pula saat momen Idul Fitri, sehari sebelum ataupun setelah shalat Id. Ziarah kubur selain bermanfaat mengingat akan kematian, juga merupakan momen dimana memperkenalkan anak cucu kepada leluhur sebagai asal trah keturunan. Anak cucu dikenalkan dan mengetahui makam eyang buyutnya, bapak dari bapak dan ibunya. Mendoakan orang yang telah meninggal dalam kesempatan ziarah kubur, merupakan rutinitas yang dilakukan oleh para peziarah.

7. Halal bihalal antar keluarga, teman dan handai tolan

Salah satu pengembangan bentuk silaturahim yang telah menjadi budaya muslim Indonesia adalah acara silaturahmi seremonial yang biasa disebut dengan istilah halal bihalal. Acara ini biasanya diadakan pada hari ketiga lebaran dan seterusnya dalam sebuah perkumpulan keluarga (bani: keturunan), Kantor-kantor, dan juga alumni sekolah. Salah satu motivasi yang mendorong bagi pemudik untuk berlebaran di kampung halaman adalah agar bisa menghadiri acara kumpul-kumpul semacam itu.

8. Zakat, infak dan bersedekah

Sekalipun bukan amalan khas Idul Fitri (kecuali zakat fitrah), umat muslim di Indonesia, termasuk para pemudik, telah terbiasa memberikan zakat dan sedekah saat menjelang Idul Fitri, bersamaan dengan pemberian zakat fitrah. Betapapun secara sosial pemberian zakat tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan secara institusional belum diatur dengan baik, tetapi paling tidak hal itu memberi pengalaman keagamaan tersendiri bagi para pemudik saat bisa berbagi terhadap orang-orang di kampungnya.

9. Rekreasi

Merayakan Idul Fitri di kampung halaman, berkumpul dengan anggota keluarga, rasanya kurang lengkap apabila tidak disertai dengan rekreasi bersama keluarga, berkunjung ke tempat-tempat wisata terdekat. Inilah yang menjadi acara puncak rangkaian mudik lebaran di kampung halaman.

Analisis Nilai Dalam Fenomena Tradisi Mudik Lebaran

Secara umum, nilai dapat dipahami sebagai sesua melekat pada diri seseorang yang diekspresikan dan digunakan secara konsisten dan stabil. Nilai juga dianggap sebagai patokan dan prinsip prinsip untuk menimbang atau menilai sesuatu tentang baik atau buruk, berguna atau sia-sia, dihargai atau dicela. Selain itu, Nilai juga diartikan dengan suatu perangkat keyakinan atau pun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku. Namun akan berbeda jika nilai itu dikaitkan dengan agama, karena nilai sangat erat kaitannya dengan perilaku dan sifat-sifat manusia, sehingga sulit ditentukan batasannya dan keabstrakannya itu, maka timbullah bermacam-macam pengertian di antaranya: Dalam Kamus Bahasa Indonesia Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Maksudnya kualitas yang memang membangkitkan respons penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat.

Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku. Dari uraian di atas jelaslah bahwa nilai merupakan suatu konsep yang mengandung tata aturan yang dinyatakan benar oleh masyarakat karena mengandung sifat kemanusiaan yang pada gilirannya merupakan perasaan umum, identitas umum oleh karenanya menjadi ketentuan umum dan akan tercermin dalam tingkah laku manusia.

1. Nilai-Nilai Religius

Kata religius berakar dari kata religi (religion) yang artinya taat, pada agama. Religius adalah kepercayaan atau keyakinan pada sesuatu kekuatan kodrati di ata kemampuan manusia. Jadi karakter religius dalam Islam adalah berperilaku dan berakhlak baik secara eksplisit maupun secara implisit. Dalam memberikan kriteria religius, ada beberapa pandangan yang diberikan, dengan kriteria: keterlibatan diri dengan yang mutlak, pengaitan perilaku secara sadar dengan sistem nilai yang bersumber dari yang mutlak, dan memasrahkan diri hidup dan mati kepada yang mutlak.

Tradisi mudik lebaran memuat nilai religius sebagai karakter yang dominan atas dasar keutamaan dari mudik lebaran dengan motif keagamaan. Dalam hal ini, tradisi mudik lebaran dapat dikaitkan dengan firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 36 yang dengan jelas dan tegas perintah untuk berbuat baik kepada orangtua, karib kerabat, tetangga, teman sejawat dan seterusnya. Dan ini menjadi satu kewajiban bagi semua hamba yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Berbuat baik dimaksudkan antara lain dengan mudik untuk bertemu, bersalaman guna saling memaafkan dan sampai-sampai melepas kerinduan melalaui momen lebaran. Tidak itu bagi pemudik biasanya membawa pulang sejumlah uang dan barang sebagai hasil jerih payahnya selama di perantauan.

Pemudik yang baik, biasanya tidak hanya diperuntukkan bagi keluarga utamanya saja, tetapi juga dia berbagi untuk keluarga dekat, tetangga dan teman sejawat dan seterusnya. Biasanya malah ada yang mengadakan kenduri yaitu bentuk syukur nikmat dan bersedekah dengan lebih luas dan merata kepada sesama atas limpahan rizki yang telah diberikan Allah SWT. Lebih-lebih bagi orang yang paham akan pentingnya bersilaturrahim, yaitu akan dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka pilihan untuk mudik lebaran menjadi lebih bermakna dan berguna bagi kehidupan seseorang.

2. Toleransi

Toleransi merupakan salah satu dari karakter bangsa yang dicanangkan oleh pemerintah guna menjaga keharmonisan kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Toleransi menjadi penting karena merupakan salah satu pondasi untuk membangun bangsa menjadi bangsa yang berkepribadian baik. Indonesia yang pada dasarnya merupakan negara multikultural, sepatutnya penduduknya memiliki sikap toleran yang tinggi. Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut. Dengan demikian, toleransi merupakan sikap menghargai perbedaan yang ada di sekitarnya seperti perbedaan agama, etnik, budaya, bahasa, pendapat dan lain sebagainya.

Tradisi mudik mengandung nilai-nilai toleransi, ini dapat diketahui ketika dalam perjalanan harus mampu saling menghargai untuk menciptakan keselamatan dalam perjalanan. Ketika sampai dikampung halaman karakter toleransi ini sangat terlihat dominan. Hal ini terjadi ketika bertemu dengan keluarga dengan berbagai latar belakang dan saling menghargai serta menghormati dalam perbedaan.

3. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Dalam karakter kerja keras memiliki tekat menyelesaikan semua tugas dengan baik dan tepat waktu, tidak putus asa dalam menghadapi masalah, dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah. Dalam tradisi mudik, karakter kerja keras ini terlihat pada usaha yang dilakukan pemudik saat berada diperantauan, berusaha bekerja keras untuk membuktikan hasil kerja keras ketika berada diluar daerah. Selain itu juga, karakter kerja keras ini terdapat pada proses mudik itu sendiri, berusaha dengan berbagai upaya untuk dapat pulang kampung.

4. Bersahabat Dan Komunikatif

Persahabtan yang komunikatif merupakan sikap atau tindakan yang berhubungan dengan orang lain yang didalamnya terdapat komunikasi yang mudah dipahami sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dalam bekerjasama. Sikap bersahabat berbeda dengan komunikatif namun di dalam sikap bersahabat terdapat proses komunikasi. Sikap bersahabat yang komunikatif menunjukkan kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide-idenya atau sebuah pikirannya kepada orang lain dalam bergaul. Nilai-nilai ini menjadi modal penting dalam hidup bermasyarakat. Orang yang bersahabat/komunikatif adalah orang yang mudah bergaul dengan orang lain dan biasanya selain mampu menyampaikan, juga mampu mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang lain untuk kemudian direspon dengan cara yang tepat. Orang yang bersahabat/komunikatif biasanya dapat dengan mudah diterima di lingkungannya.

Pada tradisi mudik lebaran, terdapat karakter bersahabat dan komunikatif ketika bertemu dengan kerabat, teman, dan keluarga di kampung halaman. Sikap bersahabat dan komunikatif dalam bergaul dengan para kerabat tetangga dan keluarga. Mampu bergaul dan bercerita dengan baik dengan sesama dan dapat di pahami orang lain. Selain itu, ketika di kampung halaman, berinteraksi dengan siapapun sesuai dengan etika.

5. Peduli Sosial

Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Peduli sosial merupakan sikap yang tumbuh dari interaksi manusia yang memiliki rasa kasih sayang dan empati sehingga manusia itu mempunyai kesadaran untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Bentuk-bentuk kepedulian berdasarkan lingkungannya yakni: Peduli di lingkungan keluarga; peduli di lingkungan masyarakat; peduli di lingkungan sekolah.

Kepedulian sosial ini sangat tampak ketika mudik lebaran terlebih ketika telah berkumpul dengan saudara. Salah satu tradisi lebaran yang menandakan kepedulian sosial adalah berbagi rezeki merupakan menjadi hal yang harus dilakukan, terlebih dengan sanak saudara serta kedua orang tua.

6. Tanggung Jawab

Nilai-nilai tanggungjawab adalah nilai yang mendorong seseorang melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik dan tepat waktu. Nilai tanggung jawab mendukung suatu pekerjaan atau amanah terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan kepadanya. Kesadaran tanggung jawab tidak dipengaruhi oleh sikap genetik atau sikap yang ada pada individu sejak lahir, melainkan perlu ditumbuh kembangkan dengan adanya pembiasaan dari orang-orang di lingkungannya. Terdapat beberapa jenis tanggung jawab, antara lain: tanggung jawab moral, tanggung jawab hukum, tanggung jawab keluarga, tanggung jawab komunitas, tanggung jawab terhadap adat-istiadat, tradisi kepercayaan dan aturan, serta tanggung jawab pribadi. Mudik lebaran merupakan salah satu tanggung jawab moral dan tanggung jawab keluarga di mana seorang pemudik mengunjungi orangtua dan keluarga yang telah sekian lama ditinggalkan.

Demikian artikel mengenai Fenomena Dan Nilai-Nilai Tradisi Mudik Lebaran, mudah-mudahan apa yang sudah Saya sampaikan pada kesempatan ini bisa bermanfaat untuk kita semuanya. Sekian dan terimakasih.

Sumber : Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 17, No. 3 Mei - Juni 2023

Komentar0

Tinggalkan komentar Anda disini: