MlatenMania.com - Di dalam buku karangan Marcel Bonneff yang berjudul “Komik Indonesia” dituliskan jika sejarah perkembangan komik di Indonesia tidak bisa lepas dari relief Borobudur dan Wayang Beber. Dua peninggalan sejarah ini dapat disebut sebagai awal mula komik Indonesia, meskipun bentuknya tidak seperti komik di zaman sekarang namun peninggalan sejarah tersebut menjadi sebuah awal dari munculnya sebuah karya yang disebut komik.
Komik Indonesia periode tahun 1930-1970
Karakter komik Indonesia pertama kali muncul dalam karakter seorang keturunan Tionghoa yang bernama “Put On” karya Kho Wan Gie. Karakter komik “Put On” terbit rutin di surat kabar Sin Po. Munculnya Put On sebagai karya bangsa sendiri banyak menginspirasi komik strip lainnya sejak tahun 1930 sampai 1970.
Kemudian pada masa tahun 1940 mulai muncul komik karya komikus lokal yang mengadaptasi cerita-cerita dari Cina dan Amerika. Pada masa ini muncul komik silat pertama di Indonesia oleh seorang komikus lokal yang bernama Siaw Tiek Kwei dengan komik karyanya yang berjudul “Sie Djin Koei”. Munculnya komik ini menjadi pembangkit komik-komik silat di tahun 1960.
Pada masa ini juga ditandai dengan merebaknya pahlawan super dari luar yang di distribusinya oleh King Feature Syndicate membuat komikus lokal membuat superhero berkarakter lokal. Meskipun begitu tetap dalam proses penciptaannya mengadaptasi tokoh-tokoh yang sudah ada dari karya komikus luar negeri. Di era tahun 1960-an semakin banyak komik barat dan tiruan dari beberapa komikus lokal yang terinspirasi dari karakter dan cerita barat maka muncul berbagai kritikan pedas terhadap komik. Saat itu komik dianggap membawa cara berfikir ataupun gagasan yang berbahaya karena meniru unsur budaya luar, sehingga komik di anggap tidak memberi sumbangan bagi kepribadian bangsa dalam upaya untuk mempertahankan hidup bangsa ini. Sehingga karena alasan itulah maka kemudian muncul komik-komik yang memakai sumber ide dari kebudayaan lokal.
Komik Indonesia periode tahun 1980
Banyaknya komik-komik luar negri membuat dunia komik Indonesia terpuruk. Beraneka ragamnya cerita dan kemasan yang menarik dan disertai dengan ilustrasi yang bagus memberikan banyak pilihan nuansa tampilan yang baru bagi para pembaca komik di Indonesia. Dominasi yang utama pada saat itu terdapat pada komik-komik Jepang dan Amerika. Selain itu pula munculnya sejumlah stasiun televisi swasta pada masa itu semakin membuat komik Indonesia dilupakan oleh para pembacanya. Dengan demikian pada masa tersebut serbuan komik luar negri dengan berbagai macam kelebihan yang dimiliki mampu membuat pembaca komik merasa sangat menikmati komik tersebut.
Komik Indonesia periode tahun 1999-2000
Menurut sebagian besar pemerhati komik menyatakan bahwa generasi tahun 1990-an adalah generasi baru komikus Indonesia. Dikatakan demikian karena pada saat itu ditandai dengan maraknya dunia teknologi terutama komputer, sehingga generasi ini ditandai dengan penguasaan alat tersebut yang bersifat digital. Selain itu munculnya studio-studio komik di berbagai kota yang di mulai dari Bandung mampu menciptakan komik-komik indi yang akan menjadi pembangkit kebangkitan komik di Indonesia.
Komik indie yang awalnya beredar hanya di kalangan terbatas di penghujung tahun 1990 akhirnya ada semacam kerjasama yang mulai terjamin antara beberapa penerbit sehingga para komikus bias menerbitkan komik karya mereka. Pada periode ini juga pemerintah perhatian terhadap perkembangan komik Indonesia. Komik dirasa sebagai sebuah media karya bangsa yang harus di pupuk dan di tumbuhkembangkan kehadirannya sehingga citra komik semakin meningkat
Gundala Putra Petir
Tokoh Gundala Putra Petir merupakan sebuah karakter komik pahlawan super yang diciptakan oleh Harya Suryaminata atau yang lebih dikenal dengan nama Hasmi. Sebelum menciptakan karakter Gundala Hasmi terlebih dahulu membuat karakter superhero Maza Si Penakluk namun Hasmi tidak begitu puas dengan karyanya tersebut maka Hasmi menciptakan kembali seorang karakter baru yaitu Gundala. Gundala pertama kali muncul pada tahun 1969 tidak butuh waktu yang lama bagi karakter superhero ini untuk dapat dikenal oleh masyarakat luas. Komik Gundala sangat terkenal sebagai tokoh superhero pada sekitar tahun 1970 sampai 1980 yang pada saat itu masih didominasi oleh komik-komik silat. Komik Gundala menceritakan tentang seorang ilmuwan bernama Sancaka yang sangat berambisi untuk dapat menemukan serum anti petir. Ketika Sancaka telah berhasil menemukan serum anti petir tersebut ia ditarik oleh sebuah kekuatan yang berasal dari planet lain dan disana ia di angkat menjadi seorang anak oleh kaisar yang bernama Cronz kemudian diberi kekuatan dapat mengeluarkan petir dari telapak tangannya. Sama seperti tokohtokoh superhero lainnya di dalam jalan cerita Gundala mempunyai seorang musuh utama, yang bernama Ghazul. Keduanya pertama kali bertemu pada seri ketiga komik Gundala. Tokoh karakter Gundala sempat diangkat menjadi sebuah film layar lebar pada tahun 1982 yang pada saat itu tokoh Gundala di perankan oleh Teddy Purba. Bersamaan dengan munculnya tokoh Gundala hadir pula tokoh Godam ciptaan Wied N.S yang sama-sama meraih kesuksesan di masyarakat seperti tokoh Gundala. Selain tokoh Gundala dan Godam masih banyak tokoh-tokoh superhero lain asli Indonesia seperti Aquanus, Pangeran Mlaar, Sembrani, Kalong.
Profil Hasmi
Harya Suryaminata (Hasmi) |
Harya Suryaminata atau yang lebih dikenal dengan Hasmi lahir di Yogyakarta, 25 desember 1955. Beliau merupakan salah satu komikus terkenal di Indonesia. Karyanya yang sangat dikenal adalah Gundala Putra Petir, seorang tokoh komik pahlawan super dalam dunia komik nasional. Sebanyak 23 seri komik Gundala telah terbit antara tahun 1969-1982. Hasmi terbiasa menggambar sejak ia masih duduk dibangku SMP, setelah lulus SMA Hasmi bercita-cita menjadi seorang insinyur namun ia gagal melewati tes untuk masuk fakultas teknik di UGM. Pada tahun 1967 Ia mendaftar di Akademi Seni Rupa Indonesia namun masa kuliahnya di ASRI hanya bertahan dua tahun dan berakhir pada 1968. Hasmi memutuskan untuk keluar karena waktunya habis tersita untuk serial Gundala yang sangat digemari kala itu. Pada sekitar tahun 1971 Hasmi kuliah kembali di Akademi Bahasa Asing pada jurusan bahasa Inggris dan lulus pada tahun 1974.
Film Gundala (2019)
Adaptasi dari suatu bentuk karya seni ke dalam bentuk karya seni yang lain saat ini sudah sangat lazim dilakukan. Adaptasi merujuk pada bentuk pengulangan tanpa replikasi, sehingga sebuah adaptasi harus berdiri sendiri sebagai objek budaya yang otonom dan dinilai apakah menjadi sesuatu yang lebih baik atau buruk. Adaptasi sebagai membuat ulang dengan variasi tanpa meniru atau menjiplak.
Adaptasi komik ke film yang paling melekat dalam benak para pencinta film tentunya film-film yang diproduksi oleh Marvel Cinematic Universe (MCU), yaitu franchise Amerika Serikat yang memproduksi beragam film super hero dalam semesta bersama. MCU diproduksi oleh Marvel Studios berdasarkan karakter-karakter yang terdapat dalam komik-komik Amerika Serikat terbitan Marvel Comics, seperti Captain America, Iron Man, Hulk, Thor, Ant Man, Hawkeye, Spider Man, Doctor Strange, Black Panther, Captain Marvel, dan lain-lain. Selain film-film yang diproduksi oleh MCU tersebut, tentunya tidak dapat dikesampingkan juga film-film adaptasi dari Detective Comics (DC) dengan karakter-karakter mereka yang melegenda seperti Superman, Batman, Woder Woman, Aquaman, The Flash, Shazam, dan lain-lain.
Fenomena tersebut selanjutnya diikuti oleh para sineas Indonesia. Dengan model serupa dari tanah air muncul Bumilangit Studios, yang pada tahun 2019 bekerja sama dengan Screenplay Films dan Legacy Pictures, menghadirkan film adaptasi pertama mereka berjudul Gundala, dengan sutradara Joko Anwar. Sebelumnya, Cancer Mas Film pernah membuat film Gundala Putra Petir yang dirilis pada 1981 dengan sutradara Lilik Sudjio. Film Gundala ini merupakan adaptasi dari komik Gundala yang dibuat pertama kali pada tahun 1969 oleh Harya Surawinata atau Hasmi.
Demikian artikel mengenai Mengenal Gundala Putra Petir : Superhero Asli Indonesia, mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semuanya. Sekian dan terimakasih.
Komentar0
Tinggalkan komentar Anda disini: