MlatenMania.com - Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak gunung api aktif yang tersebar pada jalur cincin api (ring of fire). Salah satunya adalah gunungapi Bromo, bahaya yang ditimbulkan oleh kegiatan latusan ini berupa benda padat, cair, dan gas serta campuran ketiganya yang cenderung menimbulkan korban jiwa dan harta. Dampak setelah erupsi berakhir berupa lahar hujan yang mengakibatkan kerusakan lahan pertanian, serta bebrbagai macam penyakit yang timbul akibat pencemaran. Selain itu, masih ada lava encer yang meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran seperti sungai melaui lembah dan membeku menjadi batuan.
Gunung Bromo merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Gunung ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia kebawah Lempeng Eurasia. Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatra dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat. Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Posisi geografis Semeru terletak antara 8°06' LS dan 112°55' BT. Letak Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Indonesia. Rumah tinggal saya berada di Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jarak rumah tinggal dengan gunung tersebut sekitar 68,4 km.
Legenda Gunung Bromo
Suku tengger adalah masyarakat asli yang tinggal di sekitar gunung Bromo yang masih keturunan dari kerajaan majapahit. Pada masa itu terjadi perang di majapahit. Untuk menyelamatkan diri, sebagian dari warganya melarikan diri menuju lereng gunung bromo dan pulau Bali. Berdasarkan sejarah itu maka banyak persamaan antara masyarakat hindu tengger bromo maupun bali. Nama suku tengger sendiri diambil dari nama tokoh legenda Joko Seger dan Roro Anteng. Joko seger adalah putra dari seorang brahmana yang bijak, sedangkan roro anteng adalah putri bangsawan keturunan majapahit yang dipercaya sebagai titisan dewa yang memiliki paras cantik jelita.
Singkat cerita, kecantikan roro anteng yang begitu terkenal hingga diketahui oleh seorang pertapa sakti berwujud raksasa yang dikenal dengan nama kyai Bima yang tinggal dilereng gunung bromo. Kemudian pertapa itu datanglah kerumah roro anteng dengan maksud untuk meminangnya dengan ancaman akan menghancurkan seluruh desa jika niatnya di tolak.
Keinginan sang pertapa itu belum diterima oleh sigadis karena hatinya hanya untuk joko seger. Namun disamping itu si gadis merasa khawatir akan ancaman dari sang pertapa akan membinasakan seluruh desa jika lamarannya ditolak. ang pertapa terus mendesak hingga akhirnya si gadis roro anteng membuat syarat kepada pertapa sakti untuk membuatkan danau diatas gunung Bromo dan harus selesai dalam waktu semalam sebelum ayam jantan berkokok.
Kyai Bima sang pertapa yang sakti mandraguna itupun tertawa karena permintaannya itu cukup mudah baginya dan akhirnya diterimalah syarat itu dan langsung dikerjakan. Karena takut syarat itu berhasil, roro anteng bermaksud untuk menggagalkannya yaitu dengan mengajak perempuanperempuan didesanya menumbuk padi diatas lesung sedangkan para lelakinya membakar jerami di ufuk timur agar ayam segera berkokok. Kyai Bima merasa kesal mendengar ayam berkokok karena menganggap gagal memenuhi syarat dan batal menikahi roro anteng sehingga batok (tempurung kelapa) yang dia gunakan mengeruk tanah untuk membuat danau di atas gunung dilempar begitu saja hingga jatuh ketanah dan jadilah gunung batok.
Masalah dengan kyai Bima sudah teratasi dan kembalilah roro anteng kepada joko seger dan akhirnya menikah. Pasangan ini hidup tentram tinggal di lereng gunung Bromo. Penduduk asli gunung Bromo berkaitan erat dengan cerita legenda joko seger dan roro anteng. Berdarakan cerita sejarah dan legenda gunung Bromo bahwa nama suku tengger diambil dari suku kata awal dari nama kedua pasangan tersebut. Pernikahan mereka tak kunjung diberikan keturunan. Pada akhirnya kedua pasangan joko seger dan roro anteng bersemedi di gunung bromo dengan harapan agar segera diberikan keturunan oleh sang hyang widhi. Setelah beberapa hari semedi muncullah bisikan suara goib bahwa keinginannya itu akan terwujud namun anak keturunan yang terakhir harus dikorbankan ke dalam kawah Bromo.
Tanpa pikir panjang merekapun menyanggupi suara goib tersebut. Tak lama setelah pulang dari semedi, roro anteng hamil dan memiliki anak. Beberapa tahun berlalu hingga tibalah waktu dimana janji untuk mengorbankan anak terakhirnya ke kawah Bromo ditagih. Roro anteng dan joko seger memilili 25 putra, dan putra terakhir bernama Jaka kesuma yang cerdas, tangkas dan tampan.
Pada suatu malam jaka seger bermimpi ditegur sang dewa untuk menepati janjinya mengorbankan putra bungsunya sebagai sesajen ke kawah gunung Bromo. Jika tidak ditepati maka desa akan diterpa malapetaka. Mimpi sang ayah diceritakanlah kepada sang anak jaka kesuma. Dengan bijaknya sang putra bersedia memenuhi janji tersebut demi keluarga dna masyarakat. Pada tanggal 14 bulan kasada saat purnama, jaka kesuma diantar oleh keluarga dan warga desa pergi ke kawah Bromo.
Kemudian jaka kesuma menceburkan dirinya dan berucap berikanlah aku hasil ladang disetiap tanggal 14 bulan kasada. Sejak itulah selalu diperingati upacara kasada Bromo oleh suku tengger masyarakat asli lereng gunung Bromo.
Proses kejadian (geologi fisis) Gunung Bromo
Gunung Bromo dan lautan pasir berawal dari dua gunung yang saling berhimpitan satu sama lain yang keduanya dinamakan Gunung Tengger (4.000 m dpl). Gunung itu merupakan gunung terbesar dan tertinggi pada waktu itu. Kemudian terjadi sebuah letusan kecil, materi vulkanik terlempar ke tenggara sehingga membentuk lembah besar dan dalam.
Lalu terjadi letusan yang dahsyat yang menciptakan kaldera dengan diameter lebih dari 8 km. Karena dalamnya kaldera, material vulkanik letusan gunung tersebut tertumpuk di dalam dan sekarang menjadi lautan pasir dan diduga dulu kala pernah terisi oleh air. Aktivitas lanjutan dari letusan gunung tersebut memunculkan lorong magma di tengah kaldera sehingga muncul gununggunung, yaitu Gunung Widodaren, Gunung watangan, Gunung Kursi, Gunung Batok dan Gunung Bromo, serta menimbulkan terjadinya lautan pasir.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah kawasan pegunungan di Jawa Timur, Indonesia, yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. Taman yang bentangan barat-timurnya sekitar 20-30 kilometer dan utara-selatannya sekitar 40 km ini ditetapkan sejak tahun 1982 dengan luas wilayahnya sekitar 50.276,3 ha. Di kawasan ini terdapat kaldera lautan pasir yang luasnya ± 6290 ha. Batas kaldera lautan pasir itu berupa dinding terjal, yang ketinggiannya antara 200-700 meter. Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, daerah Tengger merupakan kawasan hutan yang berfungsi sebagai cagar alam dan hutan wisata. Kawasan hutan ini berfungsi sebagai hutan lindung dan hutan produksi.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ditinggali oleh suku Tengger. Penduduk tersebut membuat rumah dengan pekarangan untuk ditanami tanaman lokal. Dua desa yang ada di dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah Desa Ngadas dan Desa Ranu Pani. Penduduk suku Tengger ini telah menetap di kawasan pegunungan Tengger pada abad ke-9 Masehi. Mereka menetap sejak zaman Kerajaan Medang di Jawa Timur. Suku Tengger yang tinggal di dalam taman nasional ini hidup dengan memanfaatkan hasil alam dari pegunungan Tengger.
Selain penduduk kedua desa tersebut, di sekeliling perbatasan Taman Nasional Bromo Semeru Tengger juga hidup masyarakat Tengger dalam beberapa kabupaten. Kabupaten ini ialah Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang. Ekosistem di taman nasional ini masih asli karena dijaga kelestariannya oleh penduduka asli. Selain itu, pemerintah juga mengelolanya dengan sistem zonasi. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga dimanfaatkan untuk konservasi, penelitian, pendidikan dan pariwisata.
Demikian artikel mengenai Mengenal Situs Geologi Gunung Bromo, mudah-mudahan bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.
Komentar0
Tinggalkan komentar Anda disini: