MlatenMania.com - Perkembangan ragam budaya di Indonesia sejak dulu sudah dapat dirasakan keberadaanya sampai saat ini. Salah satunya adalah budaya Tionghua yang digemari masyarakat dimana makanan yang berkaitan dengan tradisi Cina pun menjadi aset yang menguntungkan.
Salah satu makanan yang paling khas untuk dikonsumsi pada saat perayaan tahun baru Imlek adalah Kue Keranjang. Kue ini sudah mulai digunakan untuk sesaji kepada arwah leluhur pada enam hari menjelang Imlek (Jie Sie Siang Ang). Setelah Imlek, kue juga harus masih tetap ada sampai dengan lima belas hari setelah Imlek (Cap Go Meh). Karenanya, jauh sebelum Imlek sampai dengan setelah Cap Go Meh, kue keranjang akan tamapk dujual di pasar-pasar swalayan maupun kakilima di kota-kota besar. Bahkan sampai ke kota kecamatan yang banyak dihuni oleh etnis Tionghoa. Karena harus tetap tersedia dalam keadaan baik selama mungkin, maka kue keranjang harus tahan lama.
Sejarah Kue Keranjang
Tradisi perayaan tahun baru Imlek juga tampak dari hidangan kue yang disajikan. Salah satu ciri khas kue yang cukup populer dimasa perayaan tahun baru Imlek ini yakni kue keranjang bulat. Keberadaan kue keranjang bulat ini bukan sekadar tradisi begitu saja, akan tetapi ada kisah yang melatar belakangi, mengapa sampai perayaan Imlek itu menghidangkan kue keranjang?
Dalam kepercayaan zaman dahulu, rakyat Tiongkok percaya bahwa anglo (tempat masak) dalam dapur di setiap rumah ada dewa-nya yang dikirim oleh Yi Huang Shang Di (Raja Surga). Dewa itu juga sering dikenal dengan sebutan Dewa Tungku, yang ditugaskan untuk mengawasi segala tindak tanduk dari setiap rumah dalam menyediakan masakan setiap hari.
Maka setiap akhir tahun tanggal 24 bulan 12 Imlek (atau h-6 tahun baru), Dewa Tungku akan pulang ke surga serta melaporkan tugasnya kepada Raja Surga. Maka untuk menghindarkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi rakyat, timbullah gagasan untuk memberikan hidangan yang menyenangkan atau hal-hal yang dapat membuat Dewa Tungku tidak murka. Sehingga nantinya, jika ia laporan ke Raja Surga, menyampaikan laporan yang baik-baik dari rakyat yang diawasinya.
Bagaimana caranya supaya Dewa Tungku tidak murka, yang menyampaikan laporan baik-baik saja pada Raja Surga? Akhirnya, warga pun mencari bentuk sajian yang manis, yakni kue yang disajikan dalam keranjang. Maka disebutlah kue keranjang, yang sudah mentradisi setiap tahun disajikan untuk merayakan tahun baru Imlek.
Dalam menyajikan kue untuk Dewa Tungku, kue keranjang yang manis tersebut, juga ditentukan bentuknya yakni harus bulat. Hal ini bermakna, keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat berkumpul (minimal) satu tahun sekali, serta tetap menjadi keluarga yang bersatu, rukun, bulat tekad dalam menghadapi tahun baru yang akan datang. Tradisi ini pun dibawa terus secara turun temurun, sampai sekarang ini.
Kini, kue keranjang tersebut sudah mulai banyak di pasar, dengan ukuran yang kecil sampai yang besar. Dalam kepercayaan, kue tersebut juga disajikan di depan altar, atau di dekat tempat sembahyang di rumah. Semua ini, disajikan dalam rangka menyambut tahun baru Imlek, yang sekarang ini hanya tinggal beberapa hari lagi. Maka sudah seharusnya, kue keranjang tersebut sudah disajikan, agar Dewa Tungku tidak murka. Ternyata tradisi kue keranjang ini juga tidak hanya oleh warga Tionghoa merayakan Imlek, hari raya Idul Fitri pun ada umat Islam yang menyuguhkan kue keranjang, yang sudah memasyarakat itu. Artinya, kue tersebut sudah menjadi milik masyarakat luas, yang sudah tidak asing lagi.
Bentuk-bentuknya juga bermacam-macam, dari yang kecil sampai yang besar, namun rasanya yang khas, menjadikan kue keranjang diminati oleh banyak orang. Tak hanya itu, kue keranjang juga dikenal cukup awet dan tahan beberapa hari. Sehingga, dapat disajikan kapan saja. Bahkan, setelah Imlek pun juga masih dapat disajikan.
Kandungan Gizi dalam Kue Keranjang
Seporsi atau 100 gram kue keranjang memiliki 148 kilokalori. Jika kue tersebut digoreng, maka kalori yang terkandung di dalamnya bisa lebih banyak lagi.
Ada pula zat gizi lain dalam kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula ini, yaitu:
- Protein = 2,83 gram
- Karbohidrat = 33,84 gram
- Gula = 20,64 gram
- Lemak = 0,37 gram
- Sodium = 104 miligram
- Potassium = 105 miligram
Dari data tersebut, diketahui bahwa kue keranjang tinggi akan kandungan karbohidrat dan gula. Atas dasar itu, kue khas Imlek ini termasuk sebagai makanan yang tidak baik dikonsumsi secara berlebihan.
Dampak Buruk Kebanyakan Makan Kue Keranjang
Tak cuma satu dua; ada banyak efek negatif yang dirasakan tubuh jika Anda makan kue keranjang alias nian gao secara berlebihan, yaitu:
1. Gula Darah Melonjak Drastis
Batas konsumsi gula harian untuk wanita adalah 6 sendok teh atau 24 gram. Sedangkan untuk pria, batasannya adalah 9 sendok teh atau 36 gram.
Dalam 100 gram kue ranjang, terkandung 20,64 gram gula di dalamnya. Jadi, bayangkan saja, hanya dengan makan seporsi kue, Anda sudah hampir mencapai batasan asupan gula harian.
Jika konsumsinya dikombinasikan dengan makanan lain yang juga manis, Anda berisiko lebih tinggi untuk mengalami lonjakan gula darah (glukosa).
Bila kondisi ini terus berlanjut, risiko Anda mengalami penyakit diabetes akan melonjak signifikan.
2. Gangguan Mood
Mengonsumsi makanan atau minuman manis secukupnya bisa memperbaiki perasaan Anda yang kelabu.
Pasalnya, gula dapat menurunkan hormon kortisol dan meningkatkan pelepasan hormon dopamin (pengendali emosi).
Sebaliknya, gula yang dikonsumsi secara berlebihan justru dapat menyebabkan gangguan mood dan risiko depresi.
Faktanya, gula dapat menyebabkan peradangan pada tubuh. Saat terjadi kondisi tersebut, sitokin, protein dari sistem imunitas dan perangsang sel, akan banyak dilepaskan oleh tubuh.
Semakin banyak sitokin yang dilepas, risiko untuk mengalami gangguan mood dan depresi akan semakin tinggi.
3. Gigi Berlubang
Makan kue keranjang terlalu banyak bisa menambah karies di gigi. Apabila Anda mengonsumsi makanan tersebut sampai malam dan lupa sikat gigi, risiko untuk mengalami gigi berlubang juga akan meningkat.
4. Jerawat
“Konsumsi makanan manis secara berlebihan, seperti dodol cina, juga bisa berdampak buruknya ke kulit, misalnya timbul jerawat:.
Makanan manis, seperti kue keranjang, dapat merangsang peradangan dan menstimulasi hormon androgen.
Apabila hormon androgen terlalu banyak, kelenjar minyak akan bekerja lebih keras. Kelenjar tersebut akan menghasilkan minyak berlebih dan menyumbat pori, sehingga meningkatkan risiko timbulnya jerawat.
5. Refluks Asam Lambung (GERD)
Mirip seperti kol, beras ketan juga mengandung gas sehingga dapat meningkatkan asam lambung. Teksturnya yang kenyal dan susah dicerna juga tak baik dikonsumsi oleh orang yang sedari awal punya penyakit lambung.
Nyatanya, makanan yang susah dicerna dapat tersisa di saluran pencernaan dan naik lagi ke kerongkongan. Kondisi tersebut dapat mencetuskan gejala nyeri, perih, dan sensasi terbakar di ulu hati.
Kandungan karbohidrat dalam kue keranjang juga tinggi. Ketika makanan semacam itu masuk ke dalam perut, timbulnya perasaan begah dan kembung tak bisa dihindari lagi.
6. Sakit Tenggorokan
Asam lambung yang naik akibat kebanyakan makan dodol cina bisa bikin sakit tenggorokan. Sebelum timbul sakit, penderita biasanya akan merasa seperti ada yang tersangkut di tenggorokan, batuk, dan suara sedikit serak.
7. Berat Badan Meningkat
Makanan dan minuman apa pun yang dikonsumsi secara berlebihan bikin jarum timbangan bergerak terus ke kanan. Kalau kebiasaan itu diteruskan, obesitas tak bisa dihindari lagi.
Obesitas merupakan awal dari penyakit kronis, seperti penyakit jantung, hipertensi, dan lain sebagainya.
Demikian artikel mengenai Kue Keranjang : Makanan Khas Perayaan Imlek, mudah-mudahan bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.
Komentar0
Tinggalkan komentar Anda disini: