TpG6BSAiBUYlBUY5TUr5GfriGi==

Mengenal Lebih Dekat Madu

 MlatenMania.com - Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3545-1994, madu adalah cairan manis yang dihasilkan oleh lebah madu berasal dari berbagai sumber nectar. Nektar adalah semacam cairan yang dihasilkan oleh kelenjar nectar tumbuhan, kaya akan pelbagai bentuk karbohidrat (3-87%), seperti sukrosa, fruktosa dan glukosa, mengandung sedikit senyawa-senyawa pengandung nitrogen, seperti asam-asam amino, amida-amida, asam-asam organik, vitamin-vitamin, senyawa aromatik dan juga mineral-mineral. Madu yang telah dimasak mengandung fruktosa 41.0%, glukosa 35.0%, sukrosa 1.9%, dekstrin 1.5%, mineral 0.2%, air 17% dan zat-zat lain diantaranya asam amino sebanyak 3.5%.

Mengenal Lebih Dekat Madu

Madu merupakan produk yang unik dari serangga, yang mengandung prosentase karbohidrat yang tinggi, praktis tidak ada protein maupun lemak. Nilai gizi dari madu sangat tergantung dari kandungan gula-gula sederhana, fruktosa dan glukosa. Bahan pangan yang manis tersebut bersifat kental dengan warna emas sampai gelap, diproduksi di dalam kantung madu dari berbagai jenis tawon dan dari berbagai nectar bunga. Rasa dan harumnya sangat dipengaruhi oleh jenis bunga dimana nectar dikumpulkan.

Standar mutu madu di Indonesia terutama untuk kepentingan komersial mengacu pada SNI 01-3545-1994. Kadar air dari madu maksimal 22%, dengan kandungan sukrosa maksimal 10% (berat sukrosa per berat madu atau b/b). Standar mutu madu yang lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Mengenal Lebih Dekat Madu

Untuk dapat menghasilkan madu, lebah harus terbang meninggalkan sarangnya untuk mengumpulkan nektar dari bunga tanaman yang menarik menurut lebah, dan bila mungkin dekat dengan sarangnya. Subur tidaknya bunga serta banyak sedikitnya nektar yang terdapat di dalamnya banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

Udara yang dingin dan berangin akan mempengaruhi kondisi terbang, sehingga lebah terbatas jarak dan waktu terbangnya, akibatnya lebah-lebah hanya dapat terbang jarak pendek untuk menghisap nektar bunga yang dekat dengan sarangnya. Dengan demikian hasil madu dan mutu madu yang diproduksi lebih akan bervariasi berdasarkan kondisi lingkungan.

Adanya variasi madu tersebut dapat diatasi dengan cara melakukan “blending” atau pencampuran yang terdiri dari dua atau lebih madu yang ada di pasaran untuk mencapai spesifikasi mutu yang telah ditentukan. “Blended honey” ternyata lebih disukai industri makanan, karena mutu dan spesifikasinya yang relatif tetap.

Lebah Penghasil Madu

Meskipun banyak jenis madu dari berbagai lebah, misalnya Apis indica (lebah lokal, nyiruan, atau tawon madu), Apis dorsata (lebah hutan, odeng atau tawon gung) serta Trigona sp, (gala-gala, teuwel atau klenceng). Lebah-lebah tersebut tergolong rendah produksinya serta sulit menanganinya. Lebah unggul jenis Apis mellifera banyak diternakan di luar negeri dan telah dikembangkan pula di Indonesia yang dikenal sebagai lebah Italia.

Di pasaran dalam negeri, jaminan akan keaslian dan mutu madu masih belum ada, sebaliknya kecurigaan akan pemalsuan madu selalu ada. Departemen Perdagangan Republik Indonesia telah mengeluarkan suatu Standar Industri Indonesia (SII 0156-77) mengenai mutu dan cara uji madu. Standar tersebut pada hakekatnya maih merupakan standar konsensus yang dalam pelaksanaannya masih perlu penggarapan lebih lanjut, terutama konsekuensi terhadap pelanggaran persyaratan mutu. Disamping itu persyaratan mutu masih sangat umum dan diharapkan di kemudian hari lebih diperinci lagi sesuai dengan kemajuan pasaran, produksi dan permintaan.

Usaha-usaha pengembangan peternakan lebah secara sistem modern telah mulai dirintis sejak sebelum kemerdekaan dan mulai digairahkan sudah mulai dapat dilihat diberbagai tempat misalnya di Sumba, Sumbawa, Kalimantan Timur, Riau, Lampung, dan Jawa. Sayang bahwa madu-madu tersebut sebagian besar masih belum memenuhi kebutuhan ekspor. Keterampilan beternak madu secara tradisional sudah berabad-abad dimiliki oleh nenek moyang kita dan paling sedikit seusia dengan kebudayaan seni batik di Indonesia, dimana malam (lilin) tawon digunakan untuk proses membatik.

Di bidang perkelebahan di Indonesia, dikenal empat jenis lebah lokal yang dapat menghasilkan madu yaitu:

  1. Apis indica yaitu lebah lokal yang disebut nyiruan (Sunda) atau tawon (Jawa).
  2. Apis dorsata yaitu lebah hutan yang disebut odeng (Sunda) atau tawon gung (Jawa).
  3. Trigona sp yang juga disebut gala-gala, teuwel (Sunda) atau klanceng (Jawa).
  4. Lebah unggul dari Australia yaitu Apis mellifera var Ingustica SPIN. Lebah ini juga disebut lebah Italia.

Dari keempat jenis lebah tersebut, jenis Apis indica dan Apis mellifera lebih umum diternakkan.

Karakteristik Madu

1. Karakteristik Fisik Madu

a. Sifat Higroskopis

Madu bersifat higroskopis, yakni kemampuan suatu bahan untuk menarik air dari udara sekitarnya hingga mencapai kesetimbangan. Sifat higroskopis ini dikarenakan madu merupakan larutan gula yang lewat jenuh (supersaturated solution) dan tidak stabil.

Salah satu kendfala yang dihadapi oleh negara seperti Indonesia adalah kelembaban relatif udara (RH) yang cukup tinggi (sekitar 60-90%), sehingga pada umumnya madu di Indonesia berkadar air tinggi dan pada temperature yang relatif tinggi, madu akan menyerap air sehingga makin encer dan mudah terfermentasi. Madu yang berada dalam keadaan seperti ini kualitasnya rendah.

b. Tekanan Osmosis

Madu merupakan larutan lewat jenuh (supersaturated solutions) dari karbohidrat, sehingga dikatakan medium hiperormotik. Sekitar 84% padatan pada madu adalah campuran dari monosakarida, yakni fruktosa dan glukosa. Jika organisme bersel satu masuk ke dalam medium hiperosmotik ini, maka organisme tersebut dapat terbunuh karena kehilangan cairan tubuh akibat perbedaan tekanan osmosis yang besar. Tambahan pula interaksi yang kuat antara molekul-molekul gula da molekul air menyebabkan sangat terbatasnya ketersediaan air untuk mikroba. Tekanan osmosis pada madu lebih besar dari 2.000 miliosmols.

c. Kadar Air

Kadar air madu secara langsung menentukan kualitas madu, jika kadar air tinggi kualitas madu rendah. Kadar air dalam madu dipengaruhi oleh iklim, pengelolaan saat panen, dan jenis nectar atau cairan manis yang dikumpulkan oleh lebah.

Air yang terkandung pada sisiran madu berasal dari nectar yang dimatangkan lebah. Konsentrasinya tergantung dari pelbagai faktor yang mempengaruhi proses pematangan madu, termasuk kondisi cuaca, kadar air awal nectar, laju sekresi dan kekuatan koloni lebah.

2. Nektar dan Madu

Nektar adalah senyawa komplek yang dihasilkan oleh kelenjar “necterifire” tanaman dalam bentuk larutan gula dengan konsentrasi yang bervariasi.

Komponen utama dari nektar adalah sukrosa, fruktosa dan glukosa disamping terdapat juga dalam jumlah sedikit zat-zat gula lainnya seperti maltosa, melibiosa, rafinosa serta turunan karbohidrat lain.

Zat-zat lain yang jumlahnya sangat sedikit juga terdapat seperti asam-asam organik, resin, protein, garam dan mineral. Konsentrasi gula nektar bervariasi, mulai dari 5 persen sampai 70 persen atau lebih, tergantung dari keadaan iklimnya, jenis tanaman serta faktor lainnya.

Sebelum nektar menjadi madu, ternyata harus mengalami empat tahap yaitu tahap yaitu tahap pengumpulan nektar dari tanaman dan proses pengubahan nektar menjadi gula invert yang kemudian dilanjutkan dengan pengurangan jumlah kandungan air dan pematangan madu di sarang lebah.

Pada saat lebah pekerja menghisap nektar dengan belalainya, maka terjadilah kontak antara nektar cairan saliva lebah yang mengandung enzim-enzim hidrolase dan terjadilah pemecahan gula.

Nektar yang dibawa lebah lapangan ke sarang ditukar dari mulut ke mulut beberapa kali, dan selama proses ini nektar diubah menjadi gula.

Disamping itu di dalam kantung madu (honey sack) ini terjadi pula pengurangan jumlah kandungan air hingga mencapai kandungan air kira-kira 40 persen.

Selama tahap pematangan terjadilah proses inversi nektar di dalam sarang, khususnya sel madu yang masih terbuka. Sementara proses inversi lanjutan terus berlangsung, terjadi pula penurunan kadar air.

Nektar mengandung air dari 40 sampai 80 persen karena itu kadang-kadang tiga perempat dari beratnya harus dikeluarkan/dibuang sampai menjadi madu. Hal itu dilakukan dengan cara mengankut setiap tetes nektardari satu ruang ke ruang lain sehingga sebagian air diteruapkan. Evaporasi atau penguapan air dari nektar dilakukan dengan cara pengipasan oleh sayap-sayap lebah. Seekor lebah mengibaskan sayapnya 26.400 kali setiap menitnya sehingga menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam sarang.

Penurunan kadar air dalam sel madu terutama disebabkan oleh perbedaan tekanan uap air antara cairan bakal madu dengan udara luar. Perbedaan tersebu terutama disebaban karena bantuan kipasan sayap lebah yang dapat mengatur ventilasi sehingga kadar air turun sampai sekitar 15-20 persen. Kemudian sel madu ditutup dengan lilin yang dihasilkan dari bagian perut lebah.

Lebah pekerja disamping mengumpulkan netral juga mengumpulkan tepung sari yang menaburi seluruh tubuhnya dan kemudian menyimpannya di kantung-kantung tepung sari pada kaki-kaki belakangnya.

Tergantung dari jenis lebahnya, maka jumlah madu yang dipanen juga bervariasi. Masih lagi ditambah dengan faktor lain seperti musim dan keadaan bunga yang ada.

Lebah-lebah varitas unggul dapat menghasilkan madu lebih banyak, misalnya Apis mallifera liguistica dapat menghasilkan madu sampai 150 kg per tahun, sedang Apis indica hanya dapat menghasilkan 1-3 kg/tahun/koloni.

Pada musim basah, biasanya banyak bunga dan karena itu banyak nektar yang dapat dikumpulkan, sedang pada musim kering atau yang sering disebut musim paceklik bunga akan hanya sedikit madu yang dapat dikumpulkan.

Keadaan dan kondisi tersebut sangat mempengaruhi waktu panen. Dalam keadaan normal 1-3 bulan sejak dimulainya pengumpulan nektar oleh lebah, sudah dapat mulai dipanen. Pemanenan berikutnya dapat dilakukan setiap sebulan sekali, terutama pada waktu musim bunga dan musim basah.

Setiap orang pernah menyaksikan madu terbang mencari bunga, bahkan dapat terbang ke segala penjuru dari sarangnya untuk mengumpulkan nektar dari bunga. Untuk memproduksi seratus gram madu, seekor lebah harus mengunjungi sekitar satu juga bunga. Bila kantung madu sudah penuh, lebah kembali lagi ke sarangnya. Lebah dapat terbang dengan kecepatan 65 km per jam, kira-kira secepat kereta api. Bahkan bila lebah tersebut sedang mengangkut nektar sebanya tiga perempat berat badannya, ia masih dapat terbang pada kecepatan 30 km per jam.

Untuk memproduksi madu satu kilo saja, seekor lebah harus mengangkut muatan 120.000 sampai 150.000 kali. Andaikata saja jarak bunga dengan sarang sejauh 1,5 km, lebah tersebut harus terbang 3 km untuk tiap kali muatan, dan untuk 1 kilo gram madu akan ditempuh 360.000 sampai 450.000 km. Hal ini berarti 8,5 sampai 11 kali garis tengah bumi. Madu yang telah dipanen adalah madu yang kadar airnya di bawah 20 persen, yaitu dengan ditandainya sel-sel madu, telah tertutup. 

Sifat-sifat Madu

Agar madu dapat digunakan dengan baik pada industri makanan, seseorang harus mengenal sifat-sifat madu dengan baik. Madu merupakan larutan gula super jenuh yang mengandung protein dan mineral dalam jumlah yang kecil. Viskositas madu sangat dipengaruhi oleh kadar air, suhu, dan jenis flora bunganya. Viskositas madu menurun kalau suhu atau kadar airnya meningkat. Pengaruh peningkatan kadar air 1% kira-kira setara dengan peningkatan suhu 3.50C. pada suhu yang sama, misalnya 250C madu dengan kadar air 16.5%, yang berasal “flora sage”, mempunyai viskositas 115 poise. Madu dengan spesifikasi sama, tetapi berasal dari “sweet clover” viskositasnya hanya sekitar 87.5 poise.

Madu bersifat menurunkan titik beku. Suatu cairan 15% madu akan menjadi beku pada 1.42-1.530C, sedang larutan 68% akan beku sekitar-120C.

Sebagai larutan super jenuh senyawa glukosanya akan cenderung mengkristal dari dalam larutan. Laju kritalisasi sangat tergantung pada rasio air/gula dan adanya “inti” untuk pembentukan kristal.

Laju kristalisasi paling cepat pada suhu 140C. dalam kemasan tahap udara, madu harus disimpan pada suhu antara 20 dan 270C. pada suhu mana jarang sekali proses kristalisasi dapat terjadi pada madu jernih.

Proses kristalisasi menjadi terbalik bila madu dipanaskan. Sebagian madu yang digunakan oleh industri pangan adalah madu yang jernih bukan madu set” (tidak jernih).

Madu set” dibuat dengan cara memasukkan inti kristal dengan ukuran tertentu ke dalam produk. Bahan tersebut kemudian dijaga dengan pengendalian keadaan, suhu dan lain-lain untuk menjaga agar kristal yang dibentuk memiliki ukuran yang benar seperti yang dikehendaki. Sifat produk akhir sangat tergantung dengan ukuran kristal.

Berat jenis madu sangat tergantung pada kadar air, sedang jenis sumber bunga sedikit sekali pengaruhnya terhadap berat jenis madu. Pada suhu 200C berat jenis madu dengan kadar air 15% adalah 1.435 dan 1.417 (18%), dua jenis kadar air yang ditemui di pasaran.

Aktifitas air sangat tergantung dari kadar air dan suhu, meskipun ada juga pengaruh asam madu terhadap sifat ini. Data-data yang biasa dijumpai di laboratorium pada suhu antara 4-370C pada kadar air 16% adalah 0.5 dan pada kadar air 18.3% adalah 0.6.

Warna madu merupakan parameter mutu madu yang baik. Secara alamiah warna madu dari jernih sampai warna amber yang gelap. Warna dari madu segar sangat dipengaruhi oleh sumber nektarnya serta oleh kandungan mineralnya. Pada dasarnya semakin terang warna madu mengandung mineral yang sedikit daripada madu yang berwarna gelap. Jenis mineral yang terdapat madu pada umumnya adalah seperti tertera pada Tabel di bawah ini:

Mengenal Lebih Dekat Madu

Jenis Madu

Berdasarkan sumber bunga (nectar), madu dibedakan menjadi 2, yakni madu monofloral dan multifolar. Madu yang berasal dari satu jenis tanaman, missal madu randu dan madu kelengkeng. Madu randu adalah madu yang dihasilkan oleh lebah yang mengkonsumsi nektar dari tanaman randu. Madu kelengkeng adalah madu yang dihasilkan oleh lebah yang mengkonsusmi nectar tanaman kelengkeng. Madu monofloral berasal dari satu jenis nectar atau didominasi oleh satu nectar. Madu multifloral adalah madu yang berasal dari berjenis-jenis tanaman, sebagai contoh madu hutan dari lebah yang mendapatkan nectar dari beberapa jenis tanaman.

Madu juga dapat dibagi menurut asal nektar, maupun menurut bentuk madu yang lazim terdapat dalam istilah pemasaran. Berbagai jenis madu dapat dihasilkan dari berbagai sumber nektar yang dikenal sebagai madu flora, madu ekstra flora serta madu embun (honey dew honey).

Madu flora dihasilkan dari nektar bunga. Bila nektar tersebut berasal dari beranekaragam bunga, maka madu yang dihasilkan disebut madu poliflora dan bila dari satu jenis tanaman disebut madu monoflora.

Madu ekstra flora, madu yang dihasilkan dari nektar yang terdapat di luar bunga yaitu dari bagian tanaman lain, seperti daun, cabang dan batang.

Madu embun dihasilkan dari cairan hasil sekresi serangga famili Lechanidae, Psyllidae atau Lechnidae yang diletakkan eksudatnya pada bagian-bagian tanaman. Cairan ini kemudian dihisap dan dikumpulkan oleh lebah madu di dalam bagian tertentu yang disebut sarang madu.

Disamping itu masih ditemui beberapa jenis madu, misalnya madu sisir (comb honey) yaitu madu yang dipasarkan beserta sisir sarang madu. Madu cair dan madu bergranula (berkristal). Madu bergranulasi ini juga sering disebut “creamed honey”.

Di Indonesia, jenis madu yang dipasarkan sering diberi nama menurut asalnya, misalnya madu Sumba, madu Sumbawa, madu Lampung, dan sebagainya.

Madu yang diekspor Prancis biasanya madu yang sangat spesial mutunya. Langganan madu Perancis tersebut adalah Jerman Barat dan Swiss yaitu jenis madu calluna. Madu lain yang berbau sangat harum yaitu madu “jura mountain”. Madu ini mempunyai sumber nektar dari jenis tanaman rape, acacia, pine dan fir (jura) dan tanaman yang aromatis seperti lavender, rosemary, thyme, dan calluna. Warna madu tersebut dapat bervariasi dari terang sampai sangat gelap (dark amber) pada madu calluna sampai putih (rape, acacia).

Jenis madu Meksiko mempunyai mutu sangat tinggi dan yang paling dikenal sangat baik adalah jenis madu yukatan. Nama tersebut berasal dari asal madunya yaitu Yukatan Peninsula. Warna madu ini bervariasi dari yang berwarna terang sampai “light amber”. Di Eropa madu Meksiko digunakan sebagai madu meja sedang di Amerika untuk madu industri.

Madu Argentina biasanya berwarna putih, madu tersebut berasal dari nektar alfalfa, white clover dan thestle.

Hongaria dan Rumania serta Bulgaria merupakan negara pengekspor utama madu yang terkenal bermutu tinggi, madu tersebut biasanya berasal dari madu bunga acacia. Madu-madu tersebut pasaran baik di Eropa Barat dan Jepang.

Madu dari Spanyol terkenal berwarna oranye menyala di samping jenis madu lain yang memiliki aroma, warna dan citarasa Yang lain (oranye blossom, rosemary dan lavender). Madu jenis ini tinggi harganya dan banyak digemari oleh Masyarakat Eropa, terutama Jerman Barat dan Switzerland.

Jenis madu monflora yang ada di Pasaran pada umumnya jarang yang murni terdiri dari nektar satu jenis tanaman saja. Pada umumnya yang di maksud dengan madu monoflora merupakan madu yang berasal dari nektar beberapa dari jenis tanaman tapi satu di antara nya merupakan satu nektar yang utama, misalnya madu linden. Adanya nektar lain dalam jumlah yang sedikit tidak akan banyak mempengaruhi keharuman dan citarasa utamanya.

Jenis madu juga dapat digolongkan berdasarkan nama tanaman dimana nektar berasal. Jenis madu tersebut sangat banyak dan di bawah ini disampaikan beberapa contoh:

Madu Linden (Tilia), adalah salah satu madu dari nektar bunga Tilia yang bermutu sangat tinggi karena citarasa yang baik. Madu ini terkenal bagi masyarakat Eropa. Di samping harum baunya, tranparan berwarna hijau atau kuning muda. Madu linden biasanya mengandung 36.0 persen glukosa dan 39.2 persen levulosa.

Madu Heather adalah madu yang berasal dari nektar bunga Calluna vulgaris L. berwarna kuning tua atau merah coklat, berbau enak tetapi terasa sedikit sepat. Madu jenis ini sangat kental tetapi tidak cepat bergranulasi.

Madu Lavender adalah madu dari bunga lavender atau lavandula vera DC. Madu ini berharga sangat tinggi karena mutunya yang sangat disukai, warnanya kuning emas dengan bau yang harum.

Madu Clover adalah madu dari nektar sweet clover (Melilotus officinales Desr) mempunyai citarasa yang sangat disukai dengan warna pink amber atau putih dengan aroma mendekati aroma vanilla.

Madu Dalam Industri Pangan

Karena madu terdiri lebih dari 80% karbohidrat, dimana 8 terdiri dari fruktosa, maka madu akan terasa sangat manis. Karena tingginya kadar dan daya kemanisan fruktosa, berdasarkan berat yang sama, madu memiliki kemanisan 25% lebih tinggi dari gula murni. Karena alasan tersebut bila dibandingkan gula pasir, per berat yang sama, akan diperlukan lebih sedikit madu dalam makanan untuk mendapatkan tingkat kemanisan yang sama.

Di samping pengaruhnya terhadap tingkat kemanisan, kandungan fruktosa dalam madu yang tinggi menyebabkan produk bersifat higroskopis.

Produk yang mengandung fruktosa menarik dan memegang air dengan erat, sehingga akan memperbaiki tekstur dan kesegaran, dan produk menjadi kurang rapuh.

Madu banyak digunakan dalam ’sauce barbeque’ di samping pengaruhnya terhadap kemanisannya, juga menyebabkan timbulnya warna yang indah. Kandungan gula dalam madu dan adanya asam dalam sauce dan pemanasan, akan merangsang terjadinya proses karamelisasi. Hasilnya warna satu (barbeque) menjadi warna emas yang cerah, dan karena pemanasan mampu mengeluarkan senyawa aromatik yang mudah menguap, maka timbullah citarasa mencirikan flavor sate yang lezat dan jelas.

Bila madu digunakan dalam “marinade”, kandungan asam dalam madu, mampu membantu proses pengempukan daging. Di samping itu madu merasuk merembes ke dalam permukaan daging, sehingga membuat daging lebih berair tidak kering.

Madu Sebagai Bahan Penjernih Minuman

Ternyata berdasarkan percobaan-percobaan di laboratorium madu memiliki daya penggumpal (clarifying agent) bagi berbagai minuman sari buah dan penyegar lainnya.

Secara tradisional, industri minuman melakukan proses penjernihan melalui proses enzimatis yang berlangsung cukup lama, yaitu 24 jam pada suhu 100C. di samping itu proses enzimatis tersebut, juga memiliki kecenderungan menurunkan kadar pectin dalam minuman. Penurunan kandungan pectin dalam sari buah tidak diinginkan oleh industri pangan. Dalam hal ini madu tidak mereduksi kadar pectin, dan pada suhu yang sama (100C) dapat menghasilkan tingkat kejernihan yang sama halnya dalam waktu 30 menit.

Mekanisme bagaimana hal itu terjadi dapat diterangkan sebagai berikut. Protein dalam madu dengan tannin yang terdapat di dalam sari buah, sehingga terjadi penggumpalan dengan pengendapan dan penyaringan dapat diperoleh produk yang jernih. Sebetulnya tidak semua jenis protein yang terdapat dalam madu aktif dalam proses penggumpalan, tetapi ternyata hanya satu jenis protein saja, yaitu protein yang berasal dari lebah. Kini telah dapat dibuktikan di dalam ‘laboratorium percobaan skala "pilot plant", bahwa dengan penambahan madu sebanyak 0.5%, telah cukup untuk merangsang terjadinya proses penggumpalan, sedang kadar optimalnya adalah 3%. Daya penggumpalan madu dapat diperkuat (sinergis) bila digabung dengan penggumpalan enzim pektinase. Dengan teknik tersebut efektifitas laju penggumpalan meningkat 10 sampai 20 kali.

Melalui teknologi penyaringan yang canggih yang disebut “ultrafulration”, protein madu dapat dipisahkan dan produk tersebut diharapkan memiliki prospek yang baik di masa depan. Sayangnya madu yang telah dihilangkan proteinnya akan memiliki dampak negatif, yaitu terjadinya penurunan viskositasnya.

Demikian artikel mengenai Mengenal Lebih Dekat Madu, mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semuanya. Sekian dan terimakasih.

Komentar0

Tinggalkan komentar Anda disini:

Type above and press Enter to search.