ZMedia Purwodadi

Tata Cara Menenangkan Jiwa Menurut Islam

Daftar Isi

 MlatenMania.com - Sudah menjadi gejala umum di era modern saat ini terjadinya perubahan sosial yang sangat cepat, sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut yang pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stres pada dirinya. Stres dapat merupakan sumber penyakit jasmani dan rohani.

Tata Cara Menenangkan Jiwa Menurut Islam

Seseorang yang mengalami stres akan terganggu fungsi kehidupannya sehari-hari, meskipun ganguan jiwa itu tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu ataupun kolektif akan menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif dan tidak efisien.

Perasaan resah, gelisah, risau, dan kelabu sering menyerang manusia, kadang bercampur dengan rasa takut dan cemas sehingga manusia tidak mampu menghadapi serta mengatasinya, terasa dirinya ditimbun oleh tumpukan kesulitan. Keadaan yang demikian akan mempengaruhi kesehatan jasmaninya, bahkan mungkin menyerang kesehatan rohaninya (jiwa) lebih jauh lagi dapat menganggu hubungan sosial.

Ketenangan Jiwa

Ketenangan jiwa terdiri dari kata ketenangan dan jiwa. Sedangkan kata ketenangan itu sendiri berasal dari kata tenang yang mendapat sufiks ke-an. Tenang berarti tidak gelisah, aman dan tenteram (tentang perasaan hati dan keadaan). Ketenangan: ketenteraman hati, batin, pikiran. Jiwa adalah seluruh kehidupan batin manusia yang menjadi unsur kehidupan, daya rohaniah yang abstrak yang berfungsi sebagai penggerak manusia dan menjadi simbol kesempurnaan manusia (yang terjadi dari hati, perasaan, pikiran dan anganangan).

Dilihat dari kacamata psikologi, menurut Wasti Soemanto, jiwa adalah kekuatan dalam diri manusia yang menjadi penggerak bagi jasad dan tingkah laku manusia, jiwa menumbuhkan sifat dan sikap yang mendorong tingkah laku. Demikian dekatnya fungsi jiwa dengan tingkah laku, maka berfungsinya jiwa dapat diamati dari tingkah laku seseorang yang nampak.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jiwa merupakan unsur kehidupan yang bersifat abstrak yang berfungsi sebagai penggerak manusia. Jiwa menumbuhkan sikap dan sifat yang mendorong manusia pada tingkah laku. Karena cara-cara kerja jiwa hanya dapat diamati melalui tingkah laku yang nyata. Apabila sifat dan sikap seseorang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan yang baik dan sesuai dengan hukum atau syariat yang berlaku, maka jiwa seseorang tersebut juga akan merasa bahagia dan tenang atas perbuatan baik tersebut. Sebaliknya, apabila sifat dan sikap seseorang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan yang buruk atau melenceng dari hukum dan syariat yang ada, maka jiwanya tidak akan pernah tenang, karena ia akan diluputi dengan rasa bersalah akan perbuatannya.

Zakiyah Daradjat berpendapat bahwa ketenangan jiwa atau kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara faktor jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Kata ketenangan jiwa juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri, dengan orang lain, masyarakat dan lingkungan serta dengan lingkungan di mana ia hidup. Sehingga orang dapat menguasai faktor dalam hidupnya dan menghindarkan tekanan-tekanan perasaan yang membawa kepada frustasi.

Jadi ketenangan jiwa adalah kesehatan jiwa, kesejahteraan jiwa, atau kesehatan mental. Karena orang yang jiwanya tenang, tenteram berarti orang tersebut mengalami keseimbangan di dalam fungsi-fungsi jiwanya atau orang yang tidak mengalami gangguan kejiwaan sedikitpun sehingga dapat berfikir positif, bijak dalam menyikapi masalah, mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi serta mampu merasakan kebahagiaan hidup.

Karakteristik ketenangan jiwa

Semua orang ingin menjalani kehidupannya dengan penuh kebahagiaan dan ketenangan lahir dan batin. Jiwa yang tenang ialah jiwa yang diwarnai dengan sifat-sifat yang menyebabkan selamat dan bahagia. Di antaranya yaitu sifat syukur, sabar, rela dan cinta tuhan. Indikator ketenangan jiwa menurut Utsman Labib Faraj, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Utsman Najati antara lain.

  • Merasa aman, damai dan tenteram
  • Bisa menerima diri sendiri, merasa diri bernilai, menyadari akan kemampuan diri sendiri, mengakui keterbatasan diri, mau menerima orang lain, mau menerima perbedaan di antara mereka, dan mengakui adanya perbedaan antara dirinya dengan orang lain.
  • Mampu menguasai diri secara profesional ketika dituntut melakukan hal yang spontan dan memiliki kemampuan untuk memulai sesuatu
  • Mampu menumbuhkan interaksi aktif dan memuaskan orang lain
  • Memiliki pandangan yang realitis dalam menjalani kehidupan dan
  • bisa menghadapi berbagai problema dengan wajar sehingga mampu memunculkan solusi terbaik
  • Memiliki kepribadian yang sempurna. Salah satunya yaitu memiliki kematangan emosional. Yang dimaksud disini adalah kemampuan untuk menguasai diri dalam menghadapi berbagai situasi yang bisa memancing emosi dan tidak akan mudah terprovokasi.

Faktor yang mempengaruhi ketenangan jiwa

Allah adalah pencipta manusia dan mengetahui segala yang ada di dalam jiwanya. Dengan mengkaji proses pencipta manusia dan perkembangan manusia serta sifat-sifat manusia, maka faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan jiwa dan kepribadian individu meliputi:

a. Biologis

Yang dimaksud dengan faktor biologis adalah berbagia keadaan biologis atau jasmani yang dapat mempengaruhi perkembangan maupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari-hari, seperti keahlian gen, kurang gizi, penyakit dan sebagainya. Ia mempengaruhi segala aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.

Dimensi biologis terdiri dari tiga yaitu jasad (tubuh dan organ tubuh), hawa’ (dorongan-dorongan hasrat kebinatangan yang menuntut pemenuhan, dan pengaktualannya amat ditentukan oleh keadaan yang terkait dengan jiwa seseorang) dan hayat (ruh/nyawa).

Selain itu ada beberapa faktor lain yang bisa mempengaruhi jiwa manusia yang dilihat dari aspek biologis yaitu:

1) Potensi

Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan atau kesanggupan seseorang untuk mengembangkan sesuatu. Allah telah berikan berupa fisik dan ruh serta sifat-sifat dasar manusia (yang bisa berupa kecenderungan berbuat positif dan juga cenderung untuk berbuat negatif). Allah memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalur hidupnya.

Firman Allah SWT

Tata Cara Menenangkan Jiwa Menurut Islam

Artinya: “Demi jiwa serta penyempurnaan, lalu Allah mengilhamkan kepadanya jalan kedurhakaan (dosa) dan ketawaan". (QS. Asy-Syams (91):7-8)

Kata fa alhamaha terambil dari kata al-lahm yakni menelan sekaligus. Dari sini lahir kata ihlam dipahami dengan arti pengetahuan yang diperoleh seseorang dalam dirinya, tanpa diketahui dari mana sumbernya. Ia serupa dengan lapar. Ilham berbeda dengan wahyu, karena walaupun termasuk pengetahuan yang diperoleh namun ia diyakini bersumber dari Allah. Allah melanjutkan sumpah-Nya dengan mengingatkan tentang jiwa manusia dan inilah yang dituju agar menyadari dirinya dan memperlihatkan makhluk yang disebut oleh ayat-ayat lalu.

Allah berfirman: Dan aku juga bersumpah demi jiwa manusia serta penyempurnaan ciptaan-Nya sehingga mampu menampung yang baik dan yang buruk lalu Allah mengilhaminya yakni memberi potensi dan kemampuan bagi jiwa itu untuk menyelusuri jalan kedurhakaan dan ketakwaannya. Terserah kepada-Nya yang mana diantara keduanya yang pilih serta diasah dan diasuh.

2) Pengaruh keturunan (faktor Hereditas)

Fakta-fakta ilmiah yang ditemukan para ilmuan, tentang bagaimana sifatsifat dan keadaan sifik diturunkan, secara mendalam telah dijelaskan Al-Qur’an jauh sebelum para ilmuan melakukan penelitian. Dengan semakin canggih keilmuan manusia, semakin jelas bukti-bukti empirik dapat diamati dengan panca indera.

Dengan demikian, jiwa yang normal akan membentuk pribadi yang positif dan bisa melahirkan jiwa yang sehat. Manakala jika jiwa seseorang berada dalam kondisi yang tidak normal, maka bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa.

3) Sosiologi

Sosiologi adalah lingkungan yang ditentukan oleh hubungan antara individu dan suatu komunitas sosial, hubungan ini dikaitkan dengan tradisi, nilainilai, peraturan-peraturan, dan undang-undang.

Jiwa seseorang bisa berubah karena pengaruh teman, guru, pembimbing, tetangga, dan sebagainya. Begitupun nilai-nilai yang dianut suatu kelompok masyarakat dan nenek monyangnya akan turut mewarnai kepribadian seseorang, bahkan seringkali karena patuhnya seseorang kepada nilai-nilai lingkungan masyarakat dan budayanya, banyak hal yang bertentangan dengan agama pun ia laksanakan.

Dengan demikian, sosiologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap jiwa manusia. Jika perbuatan yang dilakukan bukan karena Allah, maka seseorang tidak akan mendapatkan keridhaan dan keberkatan dari-Nya. Contoh melakukan ritual sesajen untuk tujuan penyembahan, mereka bukan hanya merugikan harta tetapi merugikan diri dan jiwa mereka tetap kosong. Bahkan hati dan jiwa mereka senantiasa berada dalam keresahan yang bisa mengakibatkan gangguan jiwa.

4) Psikologis

Psikologis adalah lingkungan yang dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan seperti kondisi rasa, tanggung jawab, toleransi, kesadaran, kemerdekaan, keamanan, kesejahteraan dan sebagainya. Di antara pengaruh psikologis terhadap jiwa yaitu sikap, perilaku, dan perlakuan orang tua.

Lingkungan merupakan faktor yang akan memberikan pengaruh baik anak dalam menjalankan aktivitas hidup, apakah anak akan berkembang sekedar mengikuti dorongan hawa nafsunya atau anak akan berkembang menjadi pribadi yang mampu mengembangkan antara pemenuhan kebutuhan fisiknya dengan pemenuhan kebutuhan spritualnya. Dalam hal ini Husain Mazhahiri mengungkapkan bahwa orang tua berpengaruh terhadap nasib dan masa depan anak serta bagi kebahagiaan ataupun kesengsaraan anak.

5) Spritual

Menurut kamus Webster kata “sprit” berasal dari kata benda bahasa latin “spritus” yang berarti nafas dan kata kerja “spirare” yang berarti untuk bernafas. Melihat kata asalnya, hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas adalah memiliki spritual. Menjadi spritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. spritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup. Spritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang.

Spiritual juga merupakan pengaruh yang berkaitan dengan aspek jiwa (seperti motivasi beragama) yang berpegang teguh pada ketakwaan, mencintai kebaikan, kebenaran dan keadilan serta membenci keburukan, kebatilan dan kezaliman.

Dengan demikian, masih banyak lagi faktor yang bisa mempengaruhi jiwa manusia. Jiwa seseorang bisa dipegaruhi jika ia berada dalam kondisi yang jauh dari nilai ketakwaan kepada Allah, maka ia akan mendapat gangguan jiwa. Manakala seseorang yang selalu menyuburkan hatinya dengan mengingat Allah (dzikirullah), maka jiwanya akan senantiasa mendapat perlindungan dari pada segala sesuatu yang bisa mempengaruhinya oleh Allah dan jiwanya akan sehat.

Upaya-Upaya Memperoleh Ketenangan Jiwa

1. Taubat

Taubat merupakan suatu penyesalan diri atas segala kesalahan yang telah dilakukan dan kembali kepada Allah. Baik itu bersifat prilaku anggota tubuh maupun prilaku ruhaninya yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Dengan sadar membedah dan membuka hati dihadapan Allah. Taubat dapat membangkitkan harapan untuk selamat dari siksa Allah dan meraih kesuksesan dan ketenteraman berupa maghfirah dan ridha dari Allah. Orang yang pernah berbuat salah dan dosa hidupnya tidak akan pernah tenang, karena dibayangi akan rasa bersalah, jika ia telah menyadari bahwa perbuatannya itu salah dan bertaubat kepada Allah maka jiwanya akan kembali tenang dan tenteram.

Seorang mukmin harus berprasangka baik kepada Allah. Hendaklah ia memiliki harapan bahwa taubatnya akan diterima oleh Allah dan harapan untuk meraih sukses berupa mendapatkan ampunan Allah. Dengan demikian, dia akan terbebas dari perasaan berdosa dan sebaliknya akan merasa tenteram dan aman.

Firman Allah SWT

Tata Cara Menenangkan Jiwa Menurut Islam

Artinya: “Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya", (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Rad’: 27-28)

Berdasarkan ayat di atas, dijelaskan bahwasanya taubat dapat memperoleh ketenangan jiwa seseorang yaitu dengan cara berzikir kepada Allah. Taubat dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Setiap manusia pasti pernah melakukan dosa atau kesalahan, maka dari itu Allah memberikan manusia solusi dengan cara bertaubat kepadanya. Allah subhanahu wata’ala juga berfirman:

Tata Cara Menenangkan Jiwa Menurut Islam

Artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hambahamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku." (QS. Al Fajr: 27-30)

Ayat di atas menjelaskan bahwa ketenangan jiwa dapat diperoleh melalui cara kembali kepada Allah yaitu taubat dengan mengingat Allah. Dengan demikian Allah menjanjikan surga bagi mereka yang bertaubat dan berzikir.

Taubat juga termasuk salah satu usaha yang terdapat pada proses konseling yaitu dengan mengembalikan kognitif seorang klien yang sedang bermasalah dari keadaan yang irrasional kepada rasional. Klien yang sedang mengalami masalah tidak dapat berpikir dengan rasional dikarenakan keadaan yang sedang dialami yaitu gelisah. Perasaan gelisah itu yang membuat seseorang susah untuk mengatasi permasalahannya. Untuk menghilangkan rasa gelisah yang muncul akibat adanya perasaan berdosa hendaklah ia bertaubat. Saat seseorang telah bertaubat dengan benar dan sungguh-sungguh serta merasa telah tenang dan tenteram maka ia akan lebih mudah dan bijaksana dalam mangambil keputusan dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya.

Layanan konseling yang akan diberikan oleh seorang konselor kepada klien yang sedang memiliki masalah akan lebih mudah dikarenakan klien telah merasa lebih tenang. Salah satu layanan konseling islam yang dapat dilakukan ialah melalui metode terapi taubat. Rasa gelisah merupakan akar munculnya penyakit jiwa. Sesungguhnya tujuan utama psikoterapi ini adalah untuk menghilangkan rasa gelisah yang dirasakan seseorang, sehingga ia bisa terbebas dari penyakit jiwa. Banyak aliran psikoterapi yang menggunakan berbagai macam metode terapi untuk menghilangkan rasa gelisah. Namun demikian, taubat tetap merupakan metode terbaik untuk menghilangkan perasaan yang menghantui manusia.

2. Zikir

Zikir merupakan sikap batin yang biasanya diungkap melalui ucapan tahlil (Laa ilahaillaulah, artinya tiada tuhan selain Allah), tasbih (subhanallah artinya Maha Suci Allah), tahmid (Alhamdulillah artinya segala puji bagi Allah) dan takbir (Allahu Akbar artinya Allah Maha Besar).

Ketekunan seorang mukmin dalam mengingat Allah baik dengan mengucapkan tasbih, takbir, istigfar, doa maupun dengan membaca Al-Qur’an, membuat jiwa bersih dan bening serta perasaannya tenang dan tenteram. Bila seorang muslim membiasakan diri mengingat Allah, maka ia akan merasa bahwa ia dekat dengan Allah dan berada dalam perlindungan serta penjagaan-Nya. Dengan demikian, akan timbul pada dirinya perasaan percaya pada diri sendiri, teguh, tenang, tenteram dan bahagia. Ingat akan Allah, yang menimbulkan perasaan tenang dan tenteram dalam jiwa.

Allah menjanjikan dalam Al-Qur’an bahwa dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang dan tenteram. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

Tata Cara Menenangkan Jiwa Menurut Islam

Artinya: “Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya", (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Rad’: 27-28)

Berdasarkan ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa zikir merupakan salah satu upaya dalam memperoleh suatu ketenangan jiwa. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan baha zikir atau ingat kepada Allah merupakan ibadah yang paling unggul. Sebenarnya, semua ibadah adalah mengingat Allah atau menunjang untuk mengingat Allah. Ketahuilah dengan zikir kepada Allah dapat membina iman umat manusia, bisa memperdalam cinta kepada Allah dan memperteguh keyakinan.

Jadi, salah satu upaya memperoleh ketenangan jiwa yaitu Zikir. Ingatlah kepada Allah dalam setiap ucapan dan perbuatan, maka Allah akan memasukkanmu dalam surga-Nya.

Beribadah kepada Allah dengan berzikir setiap waktu, memohon ampun dan selalu memanjatkan doa, bisa mendekatkan diri seseorang kepada tuhannya. Dia akan merasa dalam lindungan dan penjagaan Allah sehingga keyakinan untuk mendapatkan ampunan semakin kuat. Disaat seseorang senantiasa berzikir sedang memiliki permasalahan dalam hidupnya maka ia akan lebih mudah untuk mengatasinya. Karena ia yakin dan percaya bahwa Allah akan selalu berada disisinya dan mambantu dalam menyelesaikan permasalahannya.

3. Beriman

Beriman kepada Allah merupakan hal yang sangat penting dalam memperoleh suatu ketenangan jiwa seseorang seperti yang dijelaskan pada surah Al-Maidah: 111-113 dan pada surah An-Nahl: 112-113. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

Tata Cara Menenangkan Jiwa Menurut Islam

Artinya:“Dan (ingatlah), ketika aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)". (ingatlah), ketika Pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman". Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati Kami dan supaya Kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada Kami, dan Kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". (QS. Al Maidah: 111-113)

Ayat ini menjelaskan bahwa iman dan takwa merupakan suatu upaya dalam memperoleh ketenangan jiwa seseorang. Sebagaimana juga firman Allah subhanahu wata’ala:

Tata Cara Menenangkan Jiwa Menurut Islam

Artinya: "Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena Sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.” (QS. An Nahl: 106-107).

Dalam Al-Qur’an, kata iman (percaya dengan sungguh-sungguh). Intinya iman berkaitan dengan keadaan mental dalam mempercayai dan menerima sesuatu. Iman kepada Allah merupakan faktor yang sangat penting bagi kesehatan psikis dan terapi penyakit jiwa. Iman kepada Allah, mentauhidkan dan bertaqarrub kepada-Nya dengan cara beribadah, taat dan berpegang teguh pada ketakwaan, mengerjakan segala sesuatu yang diridhai Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya akan mampu memberikan kekuatan spiritual dalam diri manusia baik pada fisik maupun psikis.

Al-Qur’an dan Rasulullah memberikan atensi yang besar untuk menanamkan pendidikan pada diri manusia melalui penguatan dimensi spiritual. Yakni dengan menancapkan keimanan secara kuat di dalam diri seseorang. Apabila keimanan seseorang tertanam dengan kuat, begitu juga dengan interaksi dirinya dengan Allah telah kuat, maka kekuatan spiritual dalam dirinya akan muncul dengan sendirinya.

Keimanan yang murni hanya kepada Allah mampu menjauhkan seseorang dari berbagai bentuk penyimpangan prilaku. Rasa iman kepada Allah, iklas dalam menjalankan ibadah, berpegang teguh pada Allah dan ridha terhadap ketentuan Allah bisa membebaskan seseorang dari rasa cemas yang muncul karena perasaan berdosa. Rasulullah telah menjanjikan surga bagi orang yang ridha Allah menjadi tuhannya, islam agamanya dan Muhammad rasulnya. Adanya harapan maupun jaminan masuk surga dalam agama bisa memunculkan rasa tenang dan aman dalam hati kaum mukminin.

Keimanan kepada Allah, berpegang teguh pada ketakwaan dan berprilaku sesuai tuntunan yang telah diajarkan akan memunculkan rasa aman pada diri seseorang. Manusia akan merasa ridha, lapang, tenteram dan merasa bahagia terhadap janji Allah yang telah dijanjikan kepada manusia yaitu kebahagian di dunia dan di akhirat bagi mereka yang benar-benar beriman kepada Allah.

Ketenangan jiwa ditentukan pada terpeliharanya fitrah yang telah diberikan kepada manusia sejak lahir. Seseorang yang memiliki ketenangan jiwa yang mantap adalah orang yang berhati bersih dan tidak terpengaruh oleh berbagai macam fitnah yang menyebabkannya keluar dari fitrah yang diberikan Allah. Sementara orang yang jiwanya sakit adalah orang yang hatinya hitam dan terpengaruh oleh berbagai macam fitnah sehingga dia menyimpang dari fitrah yang lurus.

4. Sabar

Sifat sabar juga dapat mendatangkan suatu ketenangan jiwa pada diri seseorang. Al-Qur’an menyeru orang-orang yang beriman untuk berhias dengan kesabaran, karena ia mempunyai berbagai manfaat besar dalam mendidik diri, memperkuat kepribadian dan meningkatkan kemampuan manusia dalam menanggung kesulitan.

Firmal Allah SWT

Tata Cara Menenangkan Jiwa Menurut Islam

Artinya: “Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 125-126)

Seorang yang sabar adalah seorang yang mempunyai kemauan yang kuat. Meskipun ia menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan, kemauannya tidaklah melemah dan cita-citanya tidak pernah pudar dan kemauan yang kuat membuat manusia bisa melaksanakan pekerjaan yang besar dan merealisasikan tujuan yang tinggi. Apabila seorang manusia telah belajar sabar dan sanggup menanggung derita kehidupan serta bencana masa, sabar menahan cobaan, gangguan orang lain dan permusuhan mereka, sabar dalam menyembah dan menaati Allah, sabar dalam melawan segala keinginan nafsu dan dorongannya, dan sabar dalam bekerja dan berproduksi, maka ia menjadi seorang manusia yang mempunyai kepribadian yang matang seimbang, utuh, produktif dan aktif. Ia menjadi tehindar dari kegelisahan dan terlindung dari segala gangguan kejiwaan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sabar merupakan salah satu upaya untuk memperoleh ketenangan jiwa pada seseorang. Sabar termasuk cerminan dari sifat tenang dan tenteram. Orang yang sabar dalam menghadapi setiap masalah, maka hatinya akan senantiasa tenang.

Di antara indikator penting terciptanya ketenangan jiwa pada diri seseorang adalah seseorang mampu menanggung beban berat kehidupan, tegar menghadapi berbagai krisis dan sabar menanggung berbagai cobaan. Dia tidak melemah maupun putus harapan menghadapi semua problematika kehidupan dan sama sekali tidak putus asa. Sesungguhnya orang yang mampu menghadapi berbagai cobaan dan situasi yang sulit merupakan orang yang berkepribadian mantap dan memiliki tingkat ketenangan jiwa yang mapan.

5. Takwa

Takwa adalah mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya tanpa bermaksiat kepada-Nya, mengingat Allah dan tidak melupakan-Nya mensyukuri segala nikmat dan karunia-Nya dan tidak mengkufuri-Nya (mengingkari). Takwa juga merupakan kondisi hati, sebagai menifestasi dari cinta kepada Allah. Hati yang bertakwa akan menggerakkan seluruh anggota dan jasadnya untuk melaksanakan ketaatan terhadap perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya.

Hendaklah seseorang selalu merealisasikan kebenaran, keadilan, amanah dan kejujuran dalam semua amal perbuatannya. Hendaklah dia menjalin interaksi yang baik dengan sesama manusia, menjauhi permusuhan dan kezhaliman. Dengan demikian, takwa merupakan faktor utama yang bisa menciptakan kematangan dan keseimbangan kepribadian seseorang. Ketakwaan juga merupakan faktor vital untuk mengantarkan seseorang pada kebahagiaan, kesehatan mental dan ketenteraman.

Allah telah berjanji dalam Al-Qur’an bahwa dengan takwa, seseorang akan mendapatkan ketenangan. Firman Allah subhanahu wata’ala:

Tata Cara Menenangkan Jiwa Menurut Islam

Artinya: “Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 125-126)

Keimanan yang murni hanya kepada Allah pasti akan disertai dengan ketakwaan kepada-Nya. Yang dimaksud dengan takwa adalah hendaklah seseorang menjaga dirinya dari murka dan adzab Allah dengan cara menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat dan senantiasa mematuhi aturan Allah. Hal ini jelas akan mendorong seseorang untuk selalu memperbaiki diri sendiri, mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya, sehingga ia terus mampu melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin.

Demikian artikel mengenai Tata Cara Menenangkan Jiwa Menurut Islam, mudah-mudahan bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.

Posting Komentar