MlatenMania.com - Keris, sebagian besar orang menyebutnya sebagai senjata dan sebagian lagi menyebutnya sebagai benda berharga yang mempunyai daya magis tinggi. Namun dalam hal ini, penulis mengartikan keris sebagai senjata tikam yang berbentuk asimetris, bermata dua dan berasal dari budaya Jawa. Dari tempat asalnya, keris kemudian menyebar ke Pulau Bali, Lombok, Kalimantan, dan bahkan hingga Brunei Darussalam, Malaysia, dan Pulau Mindanao di Filipina. Deri hanya sekedar senjata tikam, keris kemudian berkembang menjadi simbol status sosial dan simbol kejantanan/kekuasaan bagi pemiliknya.
Di sisi lain keris disebut sebagai karya seni yang bernilai tinggi. Nilainya terletak pada keindahan bentuk dan bahan yang dipakai serta proses pembuatannya yang memerlukan waktu yang lama, ketekunan dan ketrampilan yang khusus.
Sebagai artefak budaya, keris adalah warisan khas kebudayaan Nusantara dan juga Melayu. Oleh kerana itu, keris lazim dipakai orang di Riau, Bugis, Jawa dan Bali sebagai pelengkap busana mereka. Bahkan dalam kehidupan modern saat ini keris banyak di buru untuk dijadikan sebagai benda koleksi hingga sebagai pemenuhan kebutuhan tertentu dari sang pemiliknya.
Seiring berjalannya waktu, budaya keris kemudian menyebar ke kawasan lain di Asia Tenggara, terutama yang mempunyai asas kebudayaan Melayu, seperti Malaysia, Brunei, Filipina Selatan, Singapura dan Thailand Selatan. Keris termasuk jenis senjata tikam, namun bukan semua senjata tikam dapat disebut sebagai keris. Untuk itu, perlu dijelaskan kriteria yang harus dipenuhi sehingga layak disebut sebagai keris.
Sebuah benda dapat digolongkan sebagai keris bilamana benda itu memenuhi kriteria berikut:
- Keris harus terdiri dari dua bagian utama, yakni bagian Bilah keris (termasuk pesi) dan bagian Ganja. Bagian Bilah dan Pesi melambangkan wujud Lingga, sedangkan bagian Ganja melambangkan wujud Yoni. Dalam falsafah Jawa, yang bisa dikatakan sama dengan falsafah Hindu, persatuan antara lingga dan yoni merupakan perlambang akan harapan atas kesuburan, keabadian (kelestarian) dan kekuatan dari sang pencipta.
- Bilah keris harus selalu membuat sudut tertentu terhadap Ganja, bukan tegak lurus. Kedudukan bilah keris yang miring atau condong, melambangkan dari sifat manusia yang sebenarnya sangat rentan terdapat godaan dan nafsu keduniawian, khususnya bagi orang jawa dan juga suku bangsa Indonesia lainnya, bahwa seseorang, apapun pangkat dan kedudukannya, harus senantiasa tunduk dan hormat bukan saja pada sang pencipta, juga pada sesamanya.
- Ukuran panjang bilah keris yang lazim adalah antara 33 - 38 cm. Beberapa keris luar jawa bisa mencapai 58 cm, bahkan keris buatan filipina selatan, panjangnya ada yang mencapai 64 cm. yang terpendek adalah keris budha dan keris buatan nyi sombro pajajaran, yakni hanya sekitar 16-18 cm. Tetapi, keris yang dibuat orang amat kecil dan pendek, misalnya hanya 12 cm, atau bahkan ada yang lebih kecil dari ukuran Fullpen, tidak dapat digolongkan sebagai keris, melainkan semacam jimat berbentuk keris-kerisan.
- Keris yang baik harus dibuat dan ditempa dari tiga macam logam yakni besi, baja dan bahan pamor. Pada keris-keris tua, misalnya keris Budha, tidak menggunakan baja. Dengan demikian, keris yang dibuat dari kuningan, seng, dan bahan logam lainnya tidak dapat digolongkan sebagai keris. Begitu juga "keris" yang dibuat bukan dengan cara ditempa, melainkan dicor, atau yang dibuat dari guntingan drum bekas aspal tergolong bukan keris, melainkan hanya keris-kerisan atau replika keris saja.
Meskipun masih ada beberapa kriteria lain untuk bisa mengatakan sebuah benda adalah keris, empat ketentuan di atas itulah yang terpenting, sebagai acuan untuk menentukan sebuat benda bisa atau tidak disebut keris.
Tinjauan Tentang Keris
1. Cara dan Niat pembuatan keris.
Ditinjau dari cara dan niat pembuatannya keris dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, disebut keris ageman, yaitu keris yang diciptakan dengan tujuan hanya mementingkan keindahan lahiriah (eksoteri) keris itu. Kedua, desebut keris tayuhan, yaitu keris yang diciptakan dengan lebih mementingkan tuah atau kekuatan gaibnya (isoteri atau esoteri) yang ada dalam keris.
2. Bentuk dan Kelengkapan keris
Ditinjau dari bentuk dan kelengkapan bagian-bagiannya, keris terbagi atas 240 dapur keris. Dari jumlah yang ratusan itu, secara umum dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan yang berkelok-kelok bilahnya.
Keris yang berkelok-kelok bilahnya disebut keris luk. Jumlah kelokan atau luk-nya, mulai dari 3 (tiga) sampai dengan 13. Keris yang luk-nya lebih dari 13, dianggap sebagai keris yang tidak normal (tetapi bukan berarti tidak baik) dan disebut sebagai keris Kalawija (keris yang dicipta untuk kegunaan tertentu).
3. Gelar dan Nama sebuah keris
Pemberian nama pada sebuah keris dalam budaya masyarakat Islam Nusantara adalah sebuah hal yang biasa dan sudah menjadi kebiasaan kebanyakan masyarakat Islam, bahkan hingga kini. Pemberian nama juga di lakukan terhadap benda-benda lain yang dianggap mempunyai kelebihan, seperti pada sebuah tombak trisula, gong atau bende Kyai Simo, pedang naga puspa dan sebagainya.
Keris yang dibuat dalam lingkungan keraton oleh para empu keraton, umumnya diberi gelar Kyai, Kanjeng Kyai, dan Kanjeng Kyai Ageng. Selain gelar, keris juga diberi nama. Gelar dan nama keris itu tercatat dan disimpan dalam arsip keraton. Sedangkan keris milik keraton biasanya disimpan dalam ruangan khusus yang disebut Gedong Pusaka.
Keris-keris yang terkenal dan disebut-sebut dalam legenda atau cerita rakyat, yang paling terkenal adalah keris Empu Gandring pada zaman Kerajaan Singasari, keris Kanjeng Kyai Ageng Sengkelat, pusaka Keraton Majapahit yang konon pernah dicuri oleh Adipati Blambangan. Keris terkenal lainnya adalah keris Kyai Setan Kober yang dipakai oleh Arya Penangsang, sewaktu berperang melawan Danang Sutawijaya, pada awal berdirinya kerajaan Pajang.
Unsur-Unsur Penting Dalam Keris
Keris atau Dhuwung dan disebut juga “Curiga” termasuk yang dinamakan tosan aji (tosan berarti besi dan aji berarti dihormati karena memiliki kelebihan atau dianggap bertuah). Keris adalah jenis senjata yang dianggap bertuah atau keramat dan dalam kehidupan masyarakat Islam dipandang sebagai pusaka. Oleh karena itu perawatannya menjadi sangat khusus.
Keris terdiri dalam 2 kelompok besar. Kelompok pertama adalah keris yang berbentuk lurus, dan kelompok kedua adalah keris yang berbentuk ber-luk-luk. Selanjutnya dalam keris terdapat pula pamor yang berjumlah lebih dari 150 ragam pamor.
Dengan demikian dapat ditarik simpulan bahwa unsur-unsur dalam keris terdiri dari tosan aji, bilah dan ganja serta pamor sebgai unsur penting yang memposisikan sebuah keris dalam tingkatan tertentu.
Asal-Usul Keris
Keris serta senjata tradisional lainnya menjadi khasanah budaya Indonesia. Berbagai bangunan candi batu yang dibangun pada zaman sebelum abad ke-10 membuktikan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itu telah mengenal peralatan besi yang cukup bagus, sehingga mereka dapat menciptakan karya seni pahat yang bernilai tinggi.
Keris adalah khazanah budaya yang cukup istimewa. Gambar timbul (relief) yang paling kuno memperlihatkan besi telah wujud semasa pembentukan prasasti batu yang ditemui di Desa Dakuwu, di daerah Grabag, Magelang, Jawa tengah. Prasasti ini menggunakan huruf pallawa8 dan mempunyai gambar-gambar seperti kapak, sabit, belati, pisau dan keris. Ini menunjukan masyarakat Islam nusantara pada masa itu telah mencipta seni pahat yang bernilai tinggi.
Pada zaman-zaman berikutnya, makin banyak candi yang dibangun, termasuk candi-candi yang berada di wilayah Jawa Timur, yang memiliki gambaran keris pada dinding reliefnya. Misalnya pada candi Jago atau candi Jajagu, yang dibangun tahun 1268 Masehi, di candi itu terdapat relief yang menggambarkan Pandawa (tokoh wayang) sedang bermain dadu. Punakawan yang terlukis di belakangnya digambarkan sedang membawa Keris. Begitu pula pada candi yang terdapat di Tegalwangi, Pare, dekat Kediri, dan candi Panataran. pada kedua candi itu tergambar relief tokoh-tokoh yang memegang keris.
Keris yang merupakan budaya asli Indonesia, walaupun pada abad ke-14 masehi nenek moyang bangsa Indonesia pada umumnya beragama Hindu dan Budha, tidak pernah ditemukan bukti bahwa budaya keris berasal dari India atau negara lain. Tidak pula ditemukan bukti adanya kaitan langsung antara senjata tradisional itu dengan kedua agama itu.
Jika pada beberapa candi di Pulau Jawa ditemui adanya gambar timbul (relief) yang menggambarkan adanya senjata yang berbentuk keris, maka pada candi yang ada di India atau negara lain, bentuk senjata semacam ini tidak pernah ada. Bahkan senjata yang berpamor, tidak pernah ada dalam sejarah India. Bentuk senjata yang menyerupai keris pun tidak pernah dijumpai di negeri itu. Keris baru dijumpai setelah kedua cerita itu diadaptasi oleh orang Jawa dan menjadi cerita wayang. Beberapa jenis keris memiliki mata pedang yang berkelok-kelok. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes.
Keris yang saat ini sudah terkenal di berbagai belahan dunia juga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Islam, khususnya masyarakat Islam Jawa, sebagai bagian dari warisan dunia. Walaupun pada masingmasing daerah, keris telah mengalami perubahan baik dalam segi bentuk maupun teknik pembuatannya. Tata cara pemakaian keris juga berbeda di masing-masing daerah, misalnya Di daerah Jawa dan Sunda, keris ditempatkan di pinggang bagian belakang. Sementara di Sumatra, Malaysia, Brunei dan Filipina, keris ditempatkan di depan.
Sejarah panjang perkembangan keris tidak akan ada habisnya, sejak masa lampau, setelah zaman nenek moyang kita mengenal logam bahkan hingga saat. Dengan demikian, nampaklah bagi kita untuk mengambil simpulan bahwa keris adalah benda pusaka yang berasal dari Indonesia, dalam hal ini masyarakat Islam Jawa.
Bagian-Bagian Keris
1. Bilah Keris
a. Dapur Keris
Dapur ialah pusaka (keris) yang banyak dibabar berbentuk lurus dan lengkok (Luk dalam bahasa Jawa). Yang berbentuk luk, jumlah luknya bermacam-macam. Mulai luk 3 (tiga) sampai luk 29 (dua puluh sembilan).
Dapur adalah istilah yang digunakan untuk menyebut nama bentuk atau type bilah keris. Dengan menyebut nama dapur keris, orang yang telah paham akan langsung tahu, bentuk keris yang seperti apa yang dimaksud. Misalnya, seseorang mengatakan: "Keris itu ber-dapur Tilam Upih", maka yang mendengar langsung tahu, bahwa keris yang dimaksud adalah keris lurus, bukan keris yang memakai luk. Lain lagi kalau disebut dapur-nya Sabuk Inten, maka itu pasti keris yang ber-luk sebelas.
Masyarakat Islam suku bangsa Jawa mengenal lebih dari 145 macam dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang dianggap sebagai dapur keris yang baku atau mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam saja. Serat Centini, salah satu sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman dapur keris yang pakem memuat rincian jumlah dapur keris sbb:
- Keris lurus ada 40 macam dapur.
- Keris luk tiga ada 11 macam.
- Keris luk lima ada 12 macam.
- Keris luk tujuh ada 8 macam.
- Keris luk sembilan ada 13 macam.
- Keris luk sebelas ada 10 macam.
- Keris luk tigabelas ada 11 macam.
- Keris luk limabelas ada 3 macam.
- Keris luk tujuhbelas ada 2 macam.
- Keris luk sembilan belas,
- Sampai luk duapuluh sembilan masing-masing ada satu macam.
Namun dalam catatan lain, menurut manuskrip Sejarah Empu, karya Pangeran Wijil, jumlah dapur yang dianggap pakem lebih banyak lagi. Catatan itu menunjukkan dapur keris lurus ada 44 macam, yang luk tiga ada 13 macam, luk sebelas ada 10 macam, luk tigabelas ada11 macam, luk limabelas ada 6 macam, luk tujuhbelas ada 2 macam, luk sembilanbelas sampai luk duapuluh sembilan ada dua macam, dan luk tigapuluh lima ada semacam. Jumlah dapur yang dikenal sampai dengan dekade tahun 1990-an, lebih banyak lagi.
b. Pamor Keris
Pamor merupakan hiasan, motif, atau ornamen yang terdapat pada bilah keris. Hiasan ini dibentuk tidak dengan diukir, diserasah (inlay), atau dilapis, tetapi dengan teknik tempaan yang menyatukan beberapa unsur logam berlainan. Teknik tempa senjata ber-pamor ini merupakan keahlian khas Indonesia, terutama di Jawa.
Pamor memiliki 3 (tiga) macam pengertian, pertama, menyangkut bahan pembuatannya; misalnya: pamor meteorit, pamor Luwu, pamor nikel, dan pamor sanak. Pengertian kedua menyangkut soal bentuk gambaran atau pola bentuknya. Misalnya: pamor Ngulit Semangka, Beras Wutah, Ri Wader, Adeg, dan sebagainya. Ketiga, menyangkut soal teknik pembuatannya, misalnya: pamor mlumah, pamor miring, dan pamor puntiran.
Pamor didapat dari pecahan-pecahan bintang-bintang. Malam dan siang sebetulnya sama saja, kemungkinan ada permukaan bintang dari lazuardi yang gampang jatuh ke bumi.
Selain itu, ditinjau dari niat sang empu, pola pamor yang terjadi masih dibagi lagi menjadi dua golongan. Kalau sang empu membuat pamor keris tanpa merekayasa polanya, maka pola pamor yang terjadi disebut pamor tiban. Orang akan menganggap bentuk pola pamor itu terjadi karena anugerah Tuhan. Sebaliknya, jika sang empu lebih dulu membuat rekayasa pola pamornya, disebut pamor rekan (rékan berasal dari kata réka yang artinya rekayasa). Contoh pamor tiban, misalnya: Beras wutah, Ngulit Semangka, Pulo Tirta. Contoh pamor rekan, misalnya: Udan Mas, Ron Genduru, Blarak Sinered, dan Untu Walang.
Ada lagi yang disebut pamor titipan atau pamor ceblokan, yakni pamor yang disusulkan pembuatannya, setelah bilah keris selesai 90 persen. Pola pamor itu disusulkan pada akhir proses pembuatan keris. Contohnya, pamor Kul Buntet, Batu Lapak, dan lain-lain.
2. Warangka
Bukan hanya manusia yang membutuhkan pakaian dan busana. Keris-pun juga membutuhkan. Walaupun seni membuat Warangka adalah karya yang membutuhkan keahlian khusus, tetapi harus menyatu dengan keris.
Warangka adalah sarung yang digunakan untuk menyimpan keris agar aman untuk dibawa dan memiliki bentuk yang lebih menarik. Pada umumnya keris akan dibuatkan warangka untuk menyimpan keris dan untuk menambahkan keindahan pada penampilan keris. Namun ada beberapa buah keris yang memang memiliki sifat tidak mau diberikan warangka. Warangka sendiri sebenarnya memiliki pengaruh yang besar terhadap kekuatan gaib yang ada di dalam keris.
Warangka dibagi dalam dua bentuk umum, yaitu bentuk yogjakarta dan bentuk solo. Perbedaan dari keduanya ini dapat dilihat dari bentuk kayu yang terletak pada bagian pintu bilah keris atau pada bagian atas warangka keris. Bagian ini sering disebut dengan gayaman atau branggah.
Warangka Keris |
Keterangan:
- Rangka, disebut juga dengan gayaman atau branggah.
- Deder, kayu yang digunakan untuk warangka pada bagian ini.
- Pendhok, hiasan yang ada pada deder.
Seluruh bagian tersebut disebut dengan warangka.
Pada bagian atas, maka warangka keris biasanya dibuat dari kayu yang cukup keras dan memiliki sifat gaib yang tidak kasar. Adapun kriteria yang sering digunakan untuk membuat warangka keris adalah sebagai berikut:
1. Asam Jawa
Dipilih karena memiliki kekerasan yang tinggi dan dapat dipercaya akan membuat orang yang membawanya merasa lebih berwibawa lebih-lebih jika terdapat teras didalamnya.
2. Boga
Digunakan sebagai warangka adalah difungsikan untuk meredam kekuatan gaib dalam keris yang bersifat kasar dan panas.
3. Cendhana
Digunakan karena memiliki bau harum yang awet dan lama dan masih banyak lagi jenis kayu yang sesuai digunakan untuk membuat warangka keris.
Kayu yang terdapat pada warangka keris tidak hanya terdapat pada bagian atas saja, tetapi juga terdapat pada bagian dalam warangka keris. Pada bagian pembungkus dalam, maka keris adalah dibungkus dengan kayu yang biasanya tidak terlalu keras. Hal ini bertujuan agar keris tidak bergesek dengan kayu terlalu keras, maka saat mengeluarkan keris akan cenderung lebih sulit dan permukaan keris akan mudah rusak.
Bagian ini biasanya dibungkus dengan plat logam yang memang dibentuk khusus untuk keris. Biasanya logam yang digunakan adalah kuningan, tembaga, emas, dan perak atau jenis logam mulia lainnya.
3. Gagang Keris (Ukiran)
Gagang keris harus dapat menyatu dengan pesi (batang logam/bilahnya) dalam kondisi apapun. Oleh karena itu jenis kayu yang digunakan seharusnya adalah keras dan memiliki daya cekam yang kuat pada pesi keris. Kayu disamping harus memiliki sifat fisik yang demikian, gagang keris juga harus memperhatikan keberadaan kekuatan gaib yang ada didalam keris. Jika keris memiliki sifat yang keras dan kasar, maka harus dipilih janis kayu yang berlawanan dengan sifat tersebut.
Bagi seseorang tukang yang memang memiliki pekerjaan membuat warangka dan gagang keris, maka ia akan menanyakan jenis jayu yang digunakan untuk bahan pembuatnya. Pada bagian gagang ini, jenis kayu dapat dipilih berbeda dengan kayu pada warangka-nya, tetapi dapat juga dipilih dengan jenis kayu yang sama.
Gagang keris atau pegangan ini biasanya disebut dengan sebutan ukiran. Di bawah ukiran ini biasanya diberikan gelang (cincin) untuk membatasi gerak bilah dengan ukiran dengan bentuk yang berhias dari logam mulia atau dari intan. Cincin ini desebut dengan mendhak.
Perawatan Keris
Keris menjadi sebuah seni yang indah serta memiliki multi fungsi dan makna. Apabila kita memiliki sebuah keris, hendaknya keris tersebut diperlakukan dengan baik dan tidak sembarangan. Sasi sura dalam penanggalan Jawa atau muharam dalam penanggalam Islam, menjadi asumsi orang bahwa pada hari-hari itulah saatnya orang memandikan keris atau disebut dengan penjamasan/diwarangi.
Namun demikian, tidak semua orang mengerti dan dapat melakukan proses perawatan terhadap keris itu sendiri. Sebagia besar masyarakat Islam memilih untuk menggunakan jasa seorang empu untuk melakukan perawatan terhadap keris-keris mereka. Selanjutnya keris-keris yang telah melewati perawatan atau jamasan akan memperoleh perawatan secara berkala dengan melakukan peminyakan terhadap keris, semakin lama diminyaki maka keris akan semakin bagus. Intinya perawatan keris itu adalah mencegah supaya keris tidak mengalami korosi.
Meski hanya benda mati, namun keris membutuhkan kasih sayang tersendiri. Keris dan pemilik ibaratnya adalah sepasang suami-istri yang harus saling memahami. Dengan demikian perawatan keris menjadi sangat penting dengan tujuan untuk menjaga keris agar tetap lestari.
Karena keris merupakan sebuah benda yang pada umumnya berasal dari logam yang mudah terkena karat, maka keris membutuhkan perawatan yang akan mengurangi kemungkinan bahaya karat pada permukaannya, yaitu:
1. Diberikan Minyak
Minyak memiliki fungsi untuk menampakkan pamor dan merawat keris dari bahaya karat. Minyak yang dipilih untuk merawat keris biasanya dipilih jenis minyak yang memiliki kekentalan yang tinggi dan memiliki bau harum yang awet. Untuk menampilkan pamor pada permukaan keris, maka biasanya diberikan minyak misik, sedangkan untuk menghindarkan karat digunakan minyak jafaron (zafaron).
2. Dilakukan Pembersihan
Untuk membersihkan keris, maka dapat dilaksanakan dengan menggunakan air jeruk nipis. Digunakannya jeruk nipis ini adalah untuk menghilangkan serbuk karat yang menempel pada permukaan keris dan akan membersihkan minyak yag sudah harus dihilangkan dari keris.
3. Dilakukan Warangan
Warangan dilakukan untuk memberikan kadar racur dalam jumlah tertentu dan membersihkan kotoran yang melekat pada keris, hanya dapat dilakukan dengan menggunakan panas. Proses ini dilakukan dengan membakar keris hingga suhu tertentu.
4. Menyimpan Dalam Ruangan Khusus
Ruangan khusus untuk keris harus dibuat jauh dari jangkauan anak-anak, sehingga tempat yang sesuai untuk tempat menyimpan keris adalah berada dalam almeri. Dalam ruangan khusus ini, maka keris sebaiknya diberika tempat khusus untuk menempatkan keris. Tempat ini seyogyanya dibuat agar keris dapat berdiri tegak dengan gagang berada pada bagian atas dan ujung keris berada dibawah.
Teknik Pembuatan Keris
1. Empu Keris
Pada umumya, terutama di Jawa pembuat keris dikenal dengan sebutan Empu; di Bali dikenal dengan nama Pande atau wangsa Pandie, di Sunda dikenal dengan istilah Guru Teupa. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Empu adalah manusia yang memiliki derajat tinggi.
Pada beberapa tempat, ilmu seorang empu tidak sembarangan orang bisa mempelajarinya karena hanya mereka keturunannya saja yang boleh mempelajari, sedangkan di beberapa tempat yang lain menjadi seorang empu hanya merupakan profesi saja dan siapapun boleh mempelajarinya dan mereka tidak diikat dalam satu sistem keluarga tertentu.
Empu merupakan seorang yang benar-benar ahli di bidangnya dan memiliki beberapa keahlian yang menunjang proses kreatif dalam penciptaan karya-karyanya. Adapun beberapa keahlian khusus yang dimiliki oleh seorang Empu untuk merujuk pada proses kreatifnya adalah:
a. Ahli dalam bidang agama dan spiritual
Pada masanya seorang Empu adalah orang yang dianggap suci dan memahami betul akan pemahaman kehidupan dan mampu memahami sesuatu yang gaib, seorang empu biasa memimpin upacara-upacara keagamaan ataupun upacara-upacara sesaji lainya. Empu merupakan panutan bagi masyarakat Islam sekitarnya. Oleh karena itu kemampuan keagamaan dan spiritualnya benar-benar melebihi kemampuan masyarakat Islam pada umunya.
b. Ahli dalam bidang olah senjata
Ada ungkapan senjata yang baik adalah senjata yang dibuat oleh pendekar (ahli olah senjata) yang hebat. Jadi, kebanyakan para empu adalah seorang yang ahli “olah kanuragan” dalam memainkan senjata, pesilat ataupun pendekar yang mahir dalam pengolahan dan penggunaan senjata, terutama dalam peperangan.
c. Ahli dalam bidang Psikologis
Seorang empu memiliki kemampuan memahami karakter psikologis dari pemesanya sehingga keris yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan watak, prilaku dan karakter dari pemakainya. Diceritakan dalam babad dan juga cerita-cerita rakyat bahwa para kesatria memesan keris pada seorang empu agar sesuai dengan dirinya.
Keris dapat diperlalukan sebagaimana keinginan dari si pemilik seperti dipakai untuk senjata, kelengkapan busana, benda pamer dan sebagainya. Tetapi keris juga mempengaruhi sifat dan karakter pemiliknya sebagaimana keyakinan dari pemilik terhadap kekuatan dan atau bahasa simbol dari keris-nya.
d. Ahli Anatomi
Keahlianya di dalam olah senjata dengan sendirinya seorang empu ahli dalam anatomi manusia. Keahlian ini sebagai penunjang agar karya yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan “dedeg Piadek” atau ukuran badan si pemakainya, dengan demikian karya yang dihasilkan dapat diperankan sesuai dengan pemakainya. Perlu diingat kembali bahwa semua hal yang berkaitan dengan ukuran tiap-tiap bagian keris menggunakan ukuran bagian badan seperti: “nyari, kilan, cengkang dan lain-lain”.
e. Ahli dalam bidang politik
Pada masa majapahit oleh Gajah Mada empu diberi kedudukan tertentu dalam pemerintahan. Seorang empu banyak terlibat dalam percaturan politik dan terlibat didalam strategi kenegaraan dan perang. Penghargaan khusus dari raja banyak diberikan kepada para empu keris yang mumpuni, mereka diberi kedudukan tinggi, lengkap dengan nama dan gelar kebangsawanan seperti Empu Supo yang disayang oleh raja karena berjasa mengembalikan Keris Sangkelat yang telah hilang dari keraton kemudian diangkat jadi menantu dan diberi gelar pangeran dengan hadiah tanah perdikan atau tanah bebas pajak.
f. Ahli dalam bidang Sastra
Seorang empu biasanya mempelajari sastra dan mereka adalah orang-orang yang terpelajar. Sebagian besar dari mereka terjalin hubungan baik dengan keraton sehingga mereka memperdalam sastra untuk interaksi mereka. Disamping itu mereka menganggap ajaran sastra merupakan salah satu untuk menambah pengetahuan dan kedalaman batin.
g. Ahli dalam bidang Artistik
Bentuk dasar dari bilah keris terdiri dari bilah keris lurus, bilah keris luk dan bilah keris campuran antara luk dan lurus, hal itu pula yang menyebabkan jumlah nama dari dapur bilah keris banyak sekali. Bila kita perbandingkan dengan senjata-senjata tradisional di seluruh dunia seperti tombak, pedang, panah, pisau dan sebagainya. Keris merupakan senjata tradisional yang paling banyak ragam farian bentuknya di samping juga yang paling rumit dari tiap-tiap bagiannya (rerincikan bagian bilah keris lebih dari 30 bagian, pedang Katana dari Jepang sekitar 15 bagian, pedang Toledo dari Spanyol 10 bagian, Kukri dari Nepal 9 bagian).
Metode Pembuatan Keris
Waktu terus berlalu, tahun terus berganti dan sekarang kita telah memasuki abad ke dua puluh satu, ketekunan dan ketaatan telah terlewati. Meskipun ajaran-ajaran leluhur bangsa akan tetap lestari, namun kita tidak tahu sampai kapan hal itu dapat kita jaga dengan baik.
Kini zaman telah berubah sehingga perlu kita sadari bahwa perlu dilakukan pelestarian hasil karya seni kebudayaan para leluhur kita agar tidak terkikis akan perkembangan zaman. Bila kita melihat hasil karya seni para leluhur kita yang telah dibuat beberapa abad yang lalu cukup membanggakan serta mempunyai nilai seni dan makna yang tinggi. Salah satu peninggalan hasil karya tersebut berupa Tosan Aji yang berwujud keris dan tombak.
Bila kita mengetahui bahwa pada saat pembuatannya para empu tidak hanya menciptakan suatu hasil karya yang berupa senjata untuk membunuh atau menyakiti tetapi mempunyai tujuan yang lain seperti untuk yang diyakini dapat menambah kewibawaan dan rasa percaya diri bagi pemiliknya. Hal ini perlu kita sadari, bahwa proses pembuatan sebuah keris tidaklah mudah, dimulai dari seorang empu yang harus menempuh laku Tapa dan sesaji serta mencari bahan baku yang prosesnya cukup lama. Posisinya sebagai pusaka tosan aji mendapat perlakuan khusus mulai dari proses menyimpan, membuka dari sarung sampai dengan merawatnya, hal ini sudah merupakan seni budaya sendiri.
Seorang empu adalah seorang yang ahli dalam bidang seni. Landasan dalam penciptaanya tidak lepas pada bahasa-bahasa simbol dari alam ataupun pada prilaku serta tatanan kehidupan pada masanya. Bila dikaji lebih dalam hasil karya seorang empu terutama keris, keris merupakan penyederhanaan bahasa ungkap dari sedemikian rumitnya bahasa kehidupan pada masa itu yang menyangkut tentang prilaku, agama, politik, cita-cita, teknologi dan lain-lain. Bisa dikatakan keris ibarat Puisi, satu kata memiliki jutaan makna demikian pula satu rerincikan atau bagian pada keris memiliki makna yang sangat dalam.
Dalam penciptaan keris seorang empu tidak semata-mata menekankan pada proses pembuatannya saja, tetapi juga mendalami pengetahuanpengetahuan lain yang menunjang keahlianya. Bila seorang empu hanya mendalami proses garap saja maka karyanya akan mentah dan hambar.
Seperti telah diungkapkan di muka bahwa seorang empu juga mendalami pengetahuan-pengetahuan lain terutama ajaran agama dan sastra. Ajaran ini untuk mematangkan kedalaman jiwanya sehingga di dalam pencapaian ketenangan dapat berproses kreatif secara matang.
Seorang empu merupakan seorang yang mampu merangkum pemaknaan, maksud dan tujuan dari pembutan keris sehingga keris yang dihasilkan benar-benar sesuai dan bermanfaat bagi pemesannya/kalayak umum. Sang empu dalam menbuat karya sucinya melakukan sebuah “tapa laku” yang rumit dimana sang empu memadukan sang guru bakal (logam dari bumi ) dan sang guru dadi (sesuatu yang dari langit) kemudian dilebur menjadi sebuah keris yang ampuh. Dalam proses cipta karyanya seorang empu terus berdoa dan membaca mantra-mantra suci agar karya yang dihasilkan benar-benar baik dan sempurna. Konsepsi ini menunjukan keluhuran dalam penciptaan keris tidak dapat dilepaskan dari tingkat pemahaman spiritual religius Ketuhanan.
Adapun langkah-langkah proses pembuatan keris sebagai berikut:
- Pembuatan sesaji dan persiapan tapa laku yang dilakukan sang empu ataupun sang pemesan (penentuan saat pembuatan, dapur dan pamor keris)
- Penempaan, yaitu penyatuan beberapa unsur logam untuk membuat pola pamor hingga bentuk dasar bilah (bakalan)
- Pengerjaan ditai-ditail rerincikan bilah keris sehingga sesuai dengan dapur keris yang diinginkan.
- Sesaji penutupan, yaitu ungkapan rasa syukur karena keris yang dibuat telah selesai dan sesaui dengan yang diharapkan.
Adapun pembuatan keris dibagi menjadi dua jenis proses, yaitu :
1. Penempaan
Penempaan dilakukan dengan menggunakan panas. Pada saat logam berada pada suhu yang tinggi, maka logam akan mencair dan akan mudah untuk dibah atau dibentuk lain. Proses ini biasanya dilakukan oleh para tukang pandai besi yang banyak terdapat di sekitar kita. Untuk membuat keris, membutuhkan beberapa keahlian khusus yang dituntut untuk dimiliki oleh seorang empu.
Hingga saat ini keahlian yang memang dimiliki oleh seorang empu, tidak banyak orang yang memilikinya. Meskipun demikian banyak orang mampu membuat keris yang hampir menyamai bentuk keris jaman dahulu. Hal ini bisa dilakukan, tetapi pada umumnya pembuatan keris tiruan paada jaman sekarang ini tidak mampu menghasilkan keris yang menyamai kualitas keris jaman dahulu.
Penempaan ini adalah keahlian yang dapat dipelajari oleh orang jaman sekarang dengan mudah. Proses pembuatan keris dengan metode ini tergolong mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Hasil dari pembuatan dengan metode penempaan ini memang tidak selalu dapat menghasilkan keris yang bagus, berbeda dengan menggunakan metode pejetan yang menghasilkan keris dengan kualitas bagus.
2. Pejetan atau dengan menggunakan pijatan jari tangan.
Metode pembuatan keris pada umumnya dilakukan dengan menggunakan panas atau sering disebut dengan cara penenmpaan. Namun ada sebagian Empu yang membuat keris dengan tidak menggunakan metode prenempaan. Pembuatan keris dilakukan dengan memijat mengunakan jari-jarinya dan membentuk keris dengan seadanya. Keris akan menampilkan permukaan yang bergelombang dan sering menampakkan cekungan yang berbentuk jempol atau jari telunjuk.
Proses pembuatan keris ini sederhana tetapi sulit dilakukan. Karena itu nilai kepercayaan masyarakat Islam Jawa terhadap kemampuan yang ada didalamnya lebih besar. Hal ini karena hanya empu-empu tertentu saja yang mampu melakukan pembuatan keris dengan menggunakan metode pijetan tangan.
Keunikan dari keris pejetan adalah sering terdapatnya permukaan yang merupakan bekas jari tangan dan terdapat pamor yang unik. Dari kedua keunikan ini maka nilai jual dari keris yang merupakan hasil pejetan adalah sangat tinggi.
Dari kedua metode pembuatan keris ini, maka pada jaman sekarang ini banyak dilakukan pembuatan keris sebagai aksesoris atau pusaka, dengan menggunakan metode penempaan. Dengan menggunakan metode ini, akan menghasilkan Keris seperti yang diinginkan dengan mudah. Cara ini disamping mudah dipelajari juga tidak menuntut hasil yang bagus.
Pada proses penempaaan maupun pejetan, keris akan mengalami perubahan bentuk dengan urutannya sebagai berikut:
- Bahan dasar, pada bentuk bahan dasar ini, biasanya logam masih merupakan batangan biasa atau berupa bongkahan biji besi yang berbentuk seperti pasir.
- Pada bahan yang berbentuk biji besi, maka sang empu akan membuat biji besi menjadi batang logam dengan cara dicairkan kemudian dicetak dalam bentuk cetakan batangan. Pada proses ini bisa terdapat beberapa jenis bahan yang digunakan untuk membuat keris, biasa merupakan meteor, emas atau logam jenis lainnya.
- Setelah berbentuk batangan logam, maka dimulailah ritual sang empu untuk memberikan kekuatan gaib didalam keris. Pada proses ini batang logam dibentuk menjadi keris dengan menggunakan pemanasan tungku api yang biasa kita lihat seperti pada pandai besi. Proses ini juga menentukan seberapa kekuatan fisik yang akan dimiliki oleh keris, dalam kadar racun, kekerasan, keuletan, dan kekuatan daya tahannya terhadap karat. Jika sang empu memang memiliki kemampuan yang tinggi untuk proses ini, maka hasil keris yang dibuat akan awet dalam kurun waktu yang sangat lama.
- Setelah logam terbentuk menjadi bilah keris, maka sang empu melakukan pembersihan pada keris dengan menggunakan air kelapa muda yang berwarna hijau dan dilakukan warangan. Pada proses ini juga disertakan hal-hal spiritual seperti pengisian kekuatan gaib dan menyajikan beberapa sesaji untuk tujuan kesempurnaan keris.
- Proses selanjutnya adalah membuat warangka keris dan pegangannya. Setelah dibuatkan pegangan keris dan warangka keris, maka proses pembuatan keris selesai dilakukan, dan siap untuk dipakai.
Demikian artikel mengenai Pembahasan Singkat Mengenai Keris, mudah-mudahan apa yang sudah Saya sampaikan pada kesempatan ini bisa bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.
Komentar0
Tinggalkan komentar Anda disini: