TpG6BSAiBUYlBUY5TUr5GfriGi==

Sejarah Singkat PSSI

 MlatenMania.com - Sepak bola merupakan olahraga paling populer dan sangat digemari diberbagai dunia terutama di Indonesia. Sepak bola seakan telah menjadi bahasa persatuan bagi berbagai bangsa di dunia dengan beragam latar belakang sejarah dan budaya. Sepak bola juga dianggap sebagai alat pemersatu dunia yang sanggup melampaui batas-batas perbedaan politik, etnik dan agama sehingga sepak bola dianggap olahraga yang paling multikultural diantara olahraga lainnya.

Sejarah Singkat PSSI

Sejarah PSSI (Persatuan Sepak Bola Indonesia)

1. Masuknya Sepak Bola Di Hindia Belanda

Indonesia mulai mengenal sepak bola modern sejak kedatangan orang Belanda yang mendirikan perusahaan dagang VOC pada abad ke-16. Sepak bola diperkenalkan oleh orang-orang Belanda yang datang ke Indonesia sejak tahun 1889 untuk bekerja di instansi pemerintahan Hindia Belanda sebagai pegawai, serdadu bayaran, onderneming (perkebunan), perkapalan dan pertambangan sebagai karyawan. Muncul keinginan dari karyawan-karyawan, pegawai-pegawai yang aktif bermain sepak bola untuk membentuk klub-klub atau perkumpulan-perkumpulan.

Perkumpulan klub sepak bola pribumi pertama kali didirikan pada tahun 1908 di Solo dengan nama “R.O.M.E.O” yang kemudian disusul oleh 6 perkumpulan klub sepak bola lainya. Kemunculan berbagai klub-klub sepak bola membentuk bond-bond sepak bola sebagai identitas daerah asal seperti West Java Voetbal Bond, Soerabaja Voetbal Bond, Bandoeng Voetbal Bond dan Semarang Voetbal Bond.

Perkembangan pesat sepak bola membuat keempat bond-bond sepak bola dari kota kota besar tersebut secara rutin menggelar kejuaraan sepak bola yang dikenal secara populer dengan nama Steden Tournooi atau Steden Wedstryden. Awalnya kejuaran hanya diatur oleh salah satu keempat tim tersebut namun karena tingkat antusias masyarakat yang tinggi sehingga pada tahun 1919 dibentuklah sebuah organisasi yang bertugas mengatur kejuaraan. Organisasi bentukan pemerintah Hindia Belanda tersebut bernama “Nederlandsch Indische Voetbal Bond” (NIVB) yang hanya mengatur dan mengurus sepakbola dikota-kota besar saja.

Kedudukan NIVB terus berkembang dan semakin kuat hal tersebut didukung oleh fasilItas yang memadai dari pemerintah Hindia Belanda. Tetapi kejuaraan yang diselenggarakan NIVB hanya bisa dinikmati oleh masyarakat borjuis kelas atas. Masyarakat pribumi yang memiliki kemampuan bermain sepak bola dengan baik juga bisa bergabung dalam perkumpulan sepak bola NIVB. NIVB juga membuat peraturan yang melarang klub pribumi memakai lapangan dan melarang klub anggotanya bertanding dengan klub pribumi.

Ir. Soeratin Sosrosoegondo yang merupakan pelopor berdirinya PSSI merupakan orang Indonesia yang memiliki jiwa nasionalis tinggi. Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepak bola, Soeratin memakai sepak bola sebagai wadah menyemai nasionalisme dikalangan pemuda untuk menentang penjajahan Hindia Belanda. Untuk melaksanakan cita-citanya, Soeratin mengadakan banyak pertemuan bawah tanah dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta dan Bandung.

Sejarah Singkat PSSI

Dari pertemuan bawah tanah Soreatin dan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta dan Bandung, terbentuklah PSSI yang mendapatkan dukungan dari tujuh bond nasional. Bond tersebut antara lain Yogyakarta (PSIM), Surabaya (SIVB), Bandung (BIVB), Madiun (MVB), Jakarta (VIJ), Surakarta (VVB). Dalam pertemuan tersebut juga diadakan pembicaraan mengenai pemilihan pengurus PSSI yang pertama dan pembentukan program yang menentang berbagai kebijakan pemerintah Hindia Belanda melalui NIVB.

Perkembangan positif ini tidak mengenakkan bagi pemerintah Hindia Belanda yang tadinya mengira umur PSSI tidak akan lama bahkan terjadi keretakan di NIVB yang mengakibatkan lahirnya organisasi baru bermama NIVU (Nederlaandsche Indische Voetbal Unie) pada tahun 1935. NIVU ternyata lebih berpikiran maju dengan mengajak PSSI duduk bersama berunding. dan mengadakan gentlemen's agreement pada tahun 1937. Dalam persetujuan tersebut disepakati bahwa bond-bond anggota PSSI diperbolehkan bertanding dengan tim-tim asing yang didatangkan oleh NIVU.

Kedatangan bangsa Jepang tepatnya pada tanggal 8 Maret 1942, telah mengakhiri pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia socara resmi. Setelah ditegakkannya pemerintahan Jepang di Indonesia secara otomatis seluruh struktur organisasi keolahragaan termasuk PSSI disesuaikan dengan struktur organisasi Tai Iku Kai. Hal tersebut juga menandai berakhirnya kerjasama yang telah terjalin antara PSSI dan NIVU dalam Gentlemen's Agreement.

2. PSSI masa pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang pemerintah militer Jepang melarang adanya perkumpulan olahraga di Indonesia selain organisasi yang didirikan oleh Jepang. Konsistensi kompetisi PSSI terganggu setelah Jepang mulai menancapkan kekuasaannya, menggeser Hindia Belanda. Hal tersebut mengakibatkan program pembinaan 8 tahun kedua PSSI tidak dapat dilaksanakan sebagus program delapan tahun pertama. PSSI dan NIVU menghentikan kegiatanya dan ikut menggabungkan diri dalam Tai Iku Kai yaitu organisasi olahraga bentukan Jepang yang meliputi semua jenis bidang olahraga.

Semua organisasi masyarakat baik yang berorientasi politik maupun sosial budaya, termasuk PSSI dilarang melakukan kegiatan secara terorganisir. Sejak tahun 1943 kegiatan-kegiatan olahraga diizinkan kembali dalam wadah Tai Iku Kai yang mempunyai cabang ditiap karesidenan. Bahkan tiap tahun diadakan kejuaraan olahraga di Jakarta meliputi sepak bola, atletik, cross country dan lain-lain yang menunjang pertahanan militer.

Berbeda dengan daerah lain, karesidenan Surakarta ibukota Solo yang memiliki klub sepak bola PERSIS Solo diberikan hak istimewa oleh Jepang. Para pemain sepak bola PERSIS Solo diizinkan untuk latihan dalam mempersiapkan pertandingan. Hal tersebut dilakukan Jepang untuk membantu dan mendukung militer Jepang di Surakarta yang dipersiapkan sebagai pelapis bagi tentara Jepang dalam menghadapi musuh. Aktivitas utama Tai Iku Kai adalah perlombaan yang diberi nama "Pembelaan Tanah Air" berfokus pada latihan fisik, latihan disiplin, latihan ketahanan mental dan semangat.

Setelah kompetisi pada tahun 1943 di Yogyakarta dan menobatkan PERSIS Solo sebagai juara ketujuh kalinya kompetisi berhenti. Para tokoh PSSI ikut membantu para pejuang merebut kemerdekaan dari Jepang. Setahun setelahnya pada tahun 1944 Jepang merasa akan kalah dari sekutu dan terbentuklah GELORA. Tai Iku Kai dibubarkan dan urusan olahraga diserahkan kepada GELORA (Gerakan Latihan Olahraga) yang merupakan bagian dari PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat). GELORA masih belum dapat aktivitasnya dikarenakan terjadinya pertempuran di seluruh Jawa sejak pendaratan tentara Inggris di Semarang dan Surabaya pada akhir tahun 1945.

3. PSSI Pasca Kemerdekaan (1945-1950)

Runtuhnya kekuasaan Jepang dan disusul dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh Ir. Soekarno membuka jalan selebar lebarnya bagi bangsa Indonesia untuk menangani sendiri semua kegiatan olahraga di tanah air. Kegiatan olahraga pada awal kemerdekaan memang belum dapat berjalan dengan baik dan lancar karena bangsa Indonesia pada saat itu masih mempertahankan kemerdekaan dari Belanda dan Inggris. Pertempuran antara pejuang Indonesia dengan sekutu menjadi penghalang kegiatan olahraga untuk melakukan aktivitas secara tertib dan teratur.

Setelah tentara sekutu meninggalkan Indonesia pada akhir November 1946 suasana dianggap telah baik bagi GELORA untuk muncul lagi ke permukaan sebagai satu-satunya induk organisasi olahraga. Berkat usaha para pejuang tokoh olahraga pada bulan Januari 1947 digelar kongres olahraga I di Surakarta dan R.Maladi mendapatkan kepercayaan memimpin sepak bola Indonesia.

Kongres Olahraga I yang diselenggarakan pada tanggal 18-19 Januari 1947 di Surakarta menghasilkan keputusan sebagai berikut :

  1. GELORA dibubarkan
  2. Mendirikan Komite Olympiade Republik Indonesia (KORI)
  3. Mendirikan persatuan keolahragaan yang baru yang diberi nama Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI)

Dalam program kerja yang disusun PORI diprioritaskan rencana penyelenggaraan PON yang bertujuan ganda yaitu untuk membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia sudah benar-benar merdeka dan mampu menyelenggarakan suatu acara besar olahraga.

PORI juga mendesak PSSI segera mengadakan hubungan dengan FIFA agar Indonesia mendapat pengakuan dari badan sepakbola internasional dan bisa mengirimkan tim nasional ke olimpiade London 1948. Usaha Indonesia untuk mendapat tiket ke London mengalami kesulitan dikarenakan Indonesia belum mendapatkan kemerdekaan dan PORI masih belum menjadi anggota International Olympic Committee (TOC) sehingga para atlet Indonesia tidak ikut berpartisipasi dalam olimpiade.

Masalah kegagalan pengiriman delegasi olimpiade London dibahas dalam konferensi darurat pada tanggal 2 dan 9 Mei 1948 di Surakarta. Konferensi sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga Nasional Pertama (PON I). PORI ingin menghidupkan kembali pekan olahraga yang pernah diadakan ISI pada tahun 1938 yang terkenal dengan nama ISI Sportweek. Pemilihan lokasi di Solo dikarenakan adanya stadion Sriwedari yang menjadi stadion terbaik di Indonesia pada saat itu dan sebagian pengurus besar PORI berkedudukan di Solo. Maksud dan tujuan penyelenggaraan PON I adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia dalam keadaan yang tidak kondusif masih sanggup menggalang persatuan dan kesatuan bangsa. Sesudah PON 1 bubar karena aksi agresi militer Belanda semua kegiatan PORI terhenti. Semua aktivitas keolahragaan dalam pengawasan militer Belanda dan PORI pun tidak dapat melaksanakan kongres.

Proses Lahirnya Kembali PSSI

1. Latar Belakang Kongres Reinkarnasi PSSI

Pada masa pendudukan Jepang kongres ke-12 PSSI tidak dapat diselenggarakan karena pendudukan Jepang di Indonesia. Sejak tahun 1942 PSSI tidak dapat melakukan kegiatan karena peperangan dan kondisi Indonesia yang belum sepenuhnya kondusif. Setelah konferensi meja bundar (KMB) di Den Haag diputuskan bahwa Indonesia menjadi negara yang berdaulat, kongres PORI yang ke-3 baru dapat diselenggarakan pada tanggal 22-23 Desember 1949. Hasil dari kongres PORI ke-3 adalah sebagai berikut:

  1. Kongres ini dianggap sebagai lanjutan kongres PSSI pasca pendudukan Jepang.
  2. Kongres hanya memilih ketua PSSI yang diberi wewenang untuk menyusun formasi lengkap kepengurusan.
  3. Pengurus PSSI berkedudukan di ibukota republik Indonesia.
  4. Pengurus PSSI diberi wewenang untuk menyusun AD dan ART baru untuk disahkan oleh kongres PSSI berikutnya.
  5. Kejuaraan PSSI diadakan setiap tahun

Berdasarkan keputusan kongres PORI ke-3 yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 22-24 Desember 1949 maka diinstruksikan oleh pimpinan PORI agar tiap cabang olahraga dibentuk organisasi induk yang otonom. Dengan lahirnya Indonesia merdeka dan kongres reinkarnasi PSSI menandakan bahwa hanya ada PSSI sebagai induk organisasi persepakbolaan di Indonesia yang sah. Sebelum Indonesia merdeka, Hindia Belanda sempat membuat organisasi saingan PSSI yaitu ISNIS (Ikatan Sepakbola Negara Indonesia Serikat) dan VUSVI (Voetbal Unie Verenigde Staten Van Indonesie) yang mengorganisir sepak bola dibawah kepentingan Hindia Belanda.

2. Kongres Reinkarnasi PSSI

Setelah hasil kongres PORI ke-3 keluar PSSI kemudian melakukan kongres pada tanggal 2-4 Septermber 1950 secara independen. Kongres Reinkarnasi PSSI dianggap sebagai awal kebangkitan PSSI setelah masa pendudukan Jepang dan sebagai permulaan bangkitnya persepakbolaan Indonesia setelah resmi merdeka dari pendudukan Belanda.

Pada tanggal 2 September 1950 jam 9.30-13.00 berlangsung kongres PSSI ke-12 bertempat di Gedung Rakyat Indonesia Semarang (GRIS). Pada rapat tersebut dilangsungkan pertemuan antara pengurus lama PSSI dengan utusan anggota klub PSSI berjumlah 16 tim sepakbola dari seluruh Indonesia. Ketua PSSI R.Maladi menguraikan hal-hal berikut :

  • Pertandingan-pertandingan yang akan diadakan antara tim sepak bola dari Jakarta, Bandung, Surabaya dan Semarang adalah urtuk perebutan kejuaran kongres bukan untuk kejuaran PSSI.
  • Sebagai lanjutan daripada keputusan kongres PORI maka sekarang ini PSSI harus diresmikan berdirinya kembali untuk menyusun harapan baru dalam dunia persepakbolaan.
  • Pengurus PSSI sekarang ini adalah sementara dan kongres harus memilih pengurus baru.
  • Disarankan supaya AD/ART disempurnakan sambil organisasi berjalan.

Rapat kongres selanjutnya diadakan pada tanggal 3 September 1950 di Hotel Du Pavilyon Semarang. Berbeda dengan kongres di GRIS, kongres ini dihadiri 26 perkumpulan bond sepak bola seluruh Indonesia. Kongres ini juga dimeriahkan dengan pertandingan sepak bola antara kesebelasan PERSIB Bandung, PERSEBAYA Surabaya, PSIS Semarang dan PERSIS Surakarta. Pertandingan 4 tim besar tersebut dimenangkan oleh PERSIB Bandung.

Kongres reinkarnasi PSSI membangkitkan roda kompetisi yang sempat terhenti selama hampir 6 tahun digerakkan kembali. Para tokoh PSSI yang selalu berjuang mempertahankan eksistensi pada masa pendudukan Jepang terus mengatur dan mengurus segala keperluan PSSI dengan mengadakan kongres reinkarnasi sebagai wujud kecintaanya terhadap persepakbolaan di Indonesia.

3. Hasil Kongres Reinkarnasi PSSI

Dalam kongres dihasilkan keputusan-keputusan pokok kongres PSSI antara lain sebagai berikut:

  1. Mengesahkan nama PSSI dengan arti Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.
  2. Menetapkan kedudukan pengurus PSSI di Jakarta.
  3. Memilih Ketua Sdr. Maladi untuk menyusun pengurus lengkap dengan memperhatikan saran/usul Persija Jakarta.
  4. Komisariat PSSI diadakan di Jawa Barat berkedudukan di Bandung, Jawa Tengah berkedudukan di Semarang, Jawa Timur berkedudukan di Surabaya, Sumatera berkedudukan di Medan, Sulawesi berkedudukan di Makassar dan Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin.
  5. Membentuk struktur organisasi pengurus PSSI.
  6. Membentuk panitia anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan peraturan pertandingan.
  7. Mengusahakan keanggotaan FIFA secepatnya dan mempersiapkan kesebelasan untuk Asian Games I di New Delhi melalui pertandingan pemilihan dengan ketentuan Indonesia dibagi dalam 6 distrik pemilihan.
  8. Komisi pemilih di pusat dan tempat komisaris merupakan badan yang diberi kuasa untuk menetapkan pemilihan pemain.

Dampak kongres reinkarnasi PSSI terhadap dinamika sepak bola Indonesia pada tahun 1950-1954

1. Dampak pada organisasi PSSI

Dampak kongres reinkarnasi PSSI ke-12 pada tahun 1950 sangat besar terhadap sistem keorganisasian PSSI sendiri. Hasil kongres mengesahkan nama PSSI dengan arti Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia secara de facto. Kedudukan pengurus pusat PSSI di tempatkan di Jakarta dan komisariat cabang PSSI ditempatkan di pusat kota daerah diberbagai kota besar di Indonesia.

Selain memilih ketua PSSI untuk periode selanjutnya, PSSI juga membentuk kembali struktur organisasi PSSI yang terdiri dari ketua, wakil ketua, penulis I, penulis II, bendahara, pimpinan pertandingan dan beberapa anggota pembantu umum. Selain pengurus besar dibentuk juga panitia tambahan untuk menyusun AD/ART dan peraturan pertandingan. Pembentukan sistem keorganisasian yang baru bertujuan agar setiap pengurus lebih fokus dan dapat terogranisir dengan lebih baik.

Dampak paling membanggakan pasca kongres ke-12 PSSI pada tahun 1950 dibawah kepemimpinan Maladi adalah mengirim surat ke FIFA agar diterima menjadi anggota resmi FIFA. Terobosan ini diambil sebagai langkah diplomasi agar memperkuat posisi Indonesia yang masih baru di dunia internasional. Dengan surat tanggal 18 November 1951, FIFA memberitahukan kepada PSSI bahwa Indonesia telah diterima sebagai anggota FIFA dan sudah boleh ikut dalam segala kegiatan sepak bola internasional. PSSI resmi masuk menjadi anggota FIFA sejak tanggal 1 November 1952 pada saat kongres FIFA di Helsinki.

Selain diterima menjadi anggota FIFA pada tahun 1952, PSSI juga berkesempatan ikut aktif dalam Asian Games di Manila. PSSI yang diwakili oleh Ketua dan Wakil Ketua PSSI Maladi dan Kosasih Purwanegara SH mewakili Indonesia dalam pembicaraan yang mendorong segera dibentuknya Asian Football Confederation (AFC). Pada tanggal 8 Mei 1954 Indonesia resmi menjadi anggota AFC dan pada tanggal 2 Februari 1953 PSSI sah sebagai organisasi berbadan hukum melalui SKep Menkeh R.I No. JA.5/11/6.

2. Dampak terhadap pembinaan dan kompetisi sepak bola di Indonesia

Pasca kongres reinkarnasi PSSI ke-12 PSSI melanjutkan tradisi penyusunan program 8 tahun atau windon yang telah dipakai dalam periode kepengurusan Ir. Suratin Sosrosoegondo pada tahun 1930-1938. Dalam program ini Indonesia merasa sanggup dalam jangka 8 tahun masuk dalam kategori 3  besar Asia. Untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan program sebagai berikut:

  1. Program dasar kompetisi menempati urutan pertama dalam isi program 8 tahun.
  2. Program dasar pendidikan perwasitan ditambah dengan Coaching.
  3. Program dasar disiplin organisasi.
  4. Membentuk kesebelasan tim nasional Indonesia.
  5. Perhatian khusus terhadap pembinaan pemain junior.
  6. Dalam melaksanakan program 8 tahun tersebut dibagi dalam 2 tahap, yaitu:

  • a) Tahap I sasaran Asian Games II dengan pembinaan tahun 1950-1953.
  • b) Tahap II sasaran Asian Games III denganpembinaan tahun 1953-1958.

Karena telah disepakati pada kongres reinkarnasi PSSI ke-12 telah ditetapkan pembentukan tim nasional indonesia untuk Asian Games di New Delhi bulan Maret 1951. Dalam persiapan tim ke Asian Games terjadi adanya tumpang tindih pelaksanaan tugas antara PORI dan KOI. Pada Kongres PORI-KOI bertepatan dengan PON II di Jakarta dicapai kesepakatan bahwa demi efisiensi PORI melebur ke KOI dan ketua tetap Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pembentukan timnas yang diberi nama tim “Merah Putih” diambil dari 6 distrik di seluruh Indonesia dan diseleksi oleh KOI (Komite Olimpiade Indonesia)

Seperti yang tertulis pada program 8 tahun atau windon, PSSI menyelenggarakan program kompetisi yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pemain-pemain Indonesia. Kompetisi harus diusahakan oleh tiap perserikatan anggota PSSI agar wadah pembinaan pemain secara menerus diperhatikan. PSSI kemudian menyelenggarakan Kejurnas (Kejuaraan Nasional) pada tahun 1951 yaitu kompetisi pertama yang diadakan oleh PSSI. Anggota klub yang berhak mengikuti kejurnas edisi perdana adalah semua perserikatan sepak bola yang telah menjadi anggota PSSI. Karena kompetisi merupakan kekuatan dasar perkembangan sepak bola maka penyelenggaraan kompetisi diberlangsungkan tiap tahun oleh perserikatan keanggotaan PSSI.

3. Dampak terhadap prestasi sepak bola ditingkat Internasional

Pasca kongres reinkarnasi PSSI banyak mengalami perkembangan dalam kompetisi baik dalam negeri  atupun dalam kancah internasional. Keikutsertaan PSSI dalam Asian Games I di New Delhi pada bulan Maret 1951 memang tidak memberikan prestasi yang luar biasa untuk Indonesia. Hal tersebut dikarenakan Indonesia yang baru merdeka dan kurangnya persiapan pemain terpaksa harus bertanding di Asian Games. Hasil yang kurang memuaskan pada ajang Asian Games I di New Delhi tidak membuat semangat para pengurus PSSI luntur. PSSI pun semakin aktif melaksanakan program kerja agar Indonesia mampu bersaing dengan negara lain di ajang Internasional.

Kejurnas yang sempat terhenti pada tahun 1953 digunakan PSSI untuk mempersiapkan tim nasional pada ajang ASIAN Games II yang akan dilaksanakan pada tahun 1954 di Manila, Filipina. PSSI sering melakukan pertandingan internasional guna mengasah kemampuan tim nasional maupun klub-klub nasional.

Pertandingan internasional yang dilaksanakan di Indonesia atau tandang ke beberapa negara. Beberapa klub sepak bola luar negeri yang datang ke Indonesia untuk melakukan pertandingan diantaranya adalah Manila Interport dari Filipina, Malaya Football Association dari Singapura, South China All Ass dari Hongkong, Futbalski Savez Yugoslavia, G.A.K Gzaz Australia, Kalmar T.T Swedia dan banyak lagi tim lain.

Langkah agresif terus dilakukan PSSI sejak mendapatkan kedaulatan penuh tahun 1950. Setelah tampil di Asian Games I di New Delhi, Indonesia kembali tampil di Asian Games II pada tanggal 1-9 Mei 1954 di Manila, Filipina. Persiapan Tim Nasional Indonesia kali ini jauh lebih baik dan membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Tim Merah Putih sukses melakukan revans atas India dengan skor 9-0 dan melaju ke semifinal tetapi kalah dari Taiwan sampai perebutan tempat ketiga Indonesia kembali dikalahkan Burma.

Era tahun 1950-1954 merupakan era perjuangan PSSI yang cukup dinamis dalam upaya mengembangkan sepakbola dalam negeri. PSSI terus berusaha mendapatkan eksistensinya guna memperbaiki persepakbolaan dalam negeri dan mendapatkan pengakuan dunia internasional. Indonesia yang baru menjadi negara merdeka tidak menurunkan semangat PSSI ikut dalam berbagai ajang internasional dan tetap percaya diri mengadakan kompetisi dalam negeri guna membina persepakbolaan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Demikian artikel mengenai Sejarah Singkat PSSI, mudah-mudahan bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.

Komentar0

Tinggalkan komentar Anda disini:

Type above and press Enter to search.