TpG6BSAiBUYlBUY5TUr5GfriGi==

Selayang Pandang Candi Prambanan

 MlatenMania.com - Kompleks Candi Prambanan terletak di desa Karangasem, kelurahan Bokoharjo, kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta yang lokasinya di sebelah timur Yogyakarta menjadi sangat terkenal sebagai tempat wisata. Kompleks Candi Prambanan tersebut saat ini berada di suatu kawasan Taman Wisata Candi Prambanan yang luasnya hampir 80 ha. Di dalam taman tersebut selain berdiri Candi Brahma, Candi Siwa dan Candi Wishnu, juga didepan candi-candi tersebut terdapat tiga buah candi yang biasanya disebut sebagai candi Wabana, serta beberapa candi kecil lainnya. Selain candi-candi tersebut pada kawasan Taman Wisata Candi Prambanan termasuk pula candi Lumbung, Candi Bubrah dan Candi Sewu. Berdekatan dengan candi-candi tersebut di sekitar Prambanan masih terdapat Candi Plaosan, Candi Ratu Boko, Candi Sari, Candi Kalasan, Candi Sojiwan dan lain-lain. Salah satu kelebihan candi-candi tersebut adalah masing-masing melhnjukkan ciri-ciri Candi Budha dan Candi Hindu. Letak candi-candi yang saling berdekatan ini menunjukkan suatu pencerminan "kerukunan beragama" yang sangat menonjol sejak masa lalu, yang menjadi salah satu ciri bangsa Indonesia hingga saat ini.

Selayang Pandang Candi Prambanan

Kompleks Candi Prambanan

Suatu tinggalan yang demikian besar dan indah ini kurang sekali didukung oleh data sejarah yang melatarbelakanginya. Hal ini terutama disebabkan memang sangat sedikitnya data otentik yang mendukung. Dari sejumlah prasasti yang sangat sedikit itu informasi tentang masa keemasan kerajaan di Jawa Tengah, kita hanya dapat mengira-ngira bahwa masa jayanya berada disekitar abad ke 8 dan ke 10 M. Kemungkinan dibangun oleh raja Balitung. Selanjutanya belum ada informasi lain yang menceritakan tentang kerajaan di Jawa Tengah.

Pada awal abad X ada suatu peristiwa besar yang merubah sejarah di Jawa Tengah yaitu perpindahan pusat kerajaan ke Jawa Timur. Tidak diketahui dengan pasti sebab-sebab perpindahan tersebut. Banyak teori dikemukakan oleh beberapa sarjana, salah satunya adalah pendapat Yzerman yang mengatakan bahwa perpindahan tersebut karena bencaria alam yang dahsyat. Gunung api yang meletus merupakan pertanda kemarahan para dewa yang memaksa penduduk untuk meninggalkan daerahnya. Ada pula sarjana yang mengatakan bahwa perpindahap ini disebabkan karena serangan dari luar (Crivijaya). J.G. de Casparis seorang ahli bangsa Belanda memperkirakan perpindahan tersebut disebabkan oleh karena keadaan ekonomi dan politik. Seperti diketahui sepanjang sungai Brantas di Jawa Timur adalah potensial bagi perdagangan manca negara sedangkan daerah Jawa Tengah yang agraris sudah mulai terlantar tidak terpelihara.

Kalau ditinjau dari pembagian letak candi yang berupa halaman pertama (utama) yang berisi candi Siwa, Brahma, Wishnu dan tiga buah candi Wabana, candi Apit dan Kelir. Halaman kedua terdiri candi-candi perwara. yang berjumlah 224 candi dan halaman terluar yang saat ini hanya diketahui sebagian pagar kelilingnya. Menunjukkan bahwa kompleks candi Prambanan dibagi dalam satu konsep, yaitu candi Siwa sebagai candi utamanya (pusat pemujaan) dengan area Siwa Mahagaru sebagai area utamanya. Hal ini sesuai dengan pemberitaan dalam prssasti Civagrha berangka tahun 856 M, yang dikeluarkan oleh Rakai Pikatan.

Prasasti Civagrha yang tidak diketahui asalnya itu, dan kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta derigan no. inventaris D 28, menurut Casparis ada tiga hal yang penting dalam prasasti tersebut yaitu:

  • Bahasanya merupakan contoh prasasti tertua yang berangka tahun, dengan bahasa Jawa kuno.
  • lsinya memuat bahan-bahan atau peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat penting dari pertengahan abad IX Masehi.
  • Dalam prasasti tersebut jug a disebutkan secara rinci tentang "gugusan Candi".

Dari ketiga hal tersebut di atas yang men·arik perhatian adalah tentag peristiwa sejarah tersebut, adalah peperangan antara Balaputra dewa dari keluarga Cailendra melawan Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya. Pertempuran berlangsung di dataran tinggi Ratu Boko. Balaputra dikalahkan secara mutlak, dan melarikan diri ke Sumatera. Konsilidasi keluarga Rakai Pikatan itu kemudian menjadi permulaan dari masa baru. Untuk memperingati itu perlu diresmikan dengan pembangunan suatu gugusan candi yang besar sayangnya uraian pembangunan candi seperti yang disebutkan itu tidak jelas.

Selanjutnya Casparis mencoba membagi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang berkaitan dengan didirikannya bangunan-bangunan itu dan bagian yang berkaitan dengan peresmiannya beserta penetapan tanah perdikannya. Dalam prasasti tersebut menyebutkan bahwa setelah keadaan damai sang raja menyuruh membangun sebuah dharmma. Dharma ini mungkin berarti gugusan candi seluruhnya, sesuai penafsiran Casparis.

Selanjutnya diceritakan (bagian ke 2 dari pembagian Casparis), bahwa pada hari Kamis Wage tanggal 11 bulan Margasirsa tahun Caka 778 (=856 Masehi) selesai dan diresmikan area dewanya (kata-kata prasasti pada akhir bait 24 : yatekana tewek bhatara ginawai sinangskaraweh. Dan setelah kuil Siwa (Siwalaya) itu selesai sama sekali, dalam kemegahannya yang menakjubkan, dialihkanlah aliran sungai sehingga aimya menyusuri sisi-sisi halaman candinya. Kemudian diresmikan juga tanah yang menjadi batas-batas percandian itu, dan ditetapkan pula sawah-sawah yang menjadi "swab dharmma" bagi kuil Siwa itu (Ciwaghra).

Gambaran tentang gugusan candi seperti yang disebut di dalam prasasti Ciwagrah dapat dibandingkan dengan kompleks candi Lara Jonggrang di Prambanan. Memang gugusan candi yang bangunan pusatnya dipagari dengan tembok keliling dan dikelilingi oleh deretan candi-candi perwara yang disusun hersap hanya candi Prambanan.

Keterangan tentang gugusan candi yang terletak di dekat sungai mengingatkan pada gugusan candi Prambanan dengan sungai Opak di sebelah baratnya dan jika ditinjau dari jarak antara sungai Opak dan gugusan candi ini dan pembelokan arahnya yang terletak antara desa Kelurak dan Bogem. Yang agak sulit dicari adalah "pertirtaan", kalau tempat pemandian suci itu harus mendapatkan aimya dari sungai Opak tadi. Menurut Casparis mungkin sekali pertirtaan itu harus dicari di luar tembok keliling halaman kedua di dalam lingkungan tembok keliling ketiga, di tempat tersebut tentunya terdapat sejumlah bangunan (dari kayu ?) yang dalam prasasti disebut "panti tinapan" atau tempat tinggal pertapaan para pendeta. Keterangan ini sekaligus memberi penjelasan mengapa tembok keliling ketiga dari gugusan candi Prambanan itu tidak sejajaran arahnya dengan adanya pertirtaan tersebut, dapat disebutkan bahwa di sebelah timur gugusan terdapat juga "bekas telaga", yang berupa tanah lapang lebih rendah letaknya dari tanah di sekitarnya. Desa tempat adanya telaga itu sampai sekarang masih bernama Telaga (Tlogo ).

Dari uraian di atas dapatlah dibayangkan bahwa kompleks candi Prambanan dibangun dalam satu kesatuan pereneanaan seperti diuraikan dalam prasasti Ciwagrha tersebut.

Cerita Tentang Candi Prambanan

Candi Prambanan juga dikenal sebagai candi Lara Jonggrang, dan nama ini dihubungkan dengan cerita rakyat setempat yang berkembang sampai sekarang. Konon dieeritakan bahwa Lara Jonggrang adalah nama seorang putri dari raja yang berkuasa pada saat itu. Raja tersebut bemama Baka, disebutkan mempunyai seorang putri yang eantik jelita. Banyak sudah raja muda yang ingin mempersunting sang putri, tetapi mereka ditolak karena tidak dapat menemukan persyaratan yang diminta oleh putri Lara Jonggrang. Salah seorang dari para peminat tadi terdapat, seorang raksasa yang memiliki kekuatan yang luar biasa, raksasa tersebut bernama Bandung Bondowoso.

Karena putri tersebut takut untuk menolak, maka dia mengajukan persyaratan yang cukup berat, yaitu meminta untuk dibuatkan sebuah candi dengan seribu area yang harus diselesaikan dalam satu malam. Sebagai orang yang "Sakti Madraguna" permintaan tersebut disanggupi oleh Bandung Bondowoso. Menjelang pagi pada saat eandi dan area sudah hampir selesai. Putri Lara Jonggrang beru-paya untukmenggagalkan pekerjaan tersebut. Karena Bandung Bondowoso dalam menyelesaikan pekerjaanya di bantu oleh para jin dan mereka takut bila matahari akan terbit, maka putri raja tersebut bersama para dayangnya mengajak para petani untuk memukul lesung penumbuk padi, serta menyalahkan obor dan kemudian a yam jantan pun berkokok. Akibatnya teman-teman Bandung Bondowoso pergi meninggalkan pekerjaan yang belum selesai.

Bandung Bondowoso mengetahui bahwa ini adalah akal sang putri, lalu marah dan mengutuk sang putri menjadi area batu sebagai pelengkap area yang belum selesai dibuat. Arca tersebut adalah area Durga Mahisasuramardini yang saat ini ada di relung sebelah utara candi induk (candi Ciwa), bahkan sampai saat ini penduduk sekitar Prambanan percaya bila mempunyai anak gadis untuk segera menikahkan anaknya, karena takut akan menjadi perawan tua.

Halaman dan Bangunan Candi Prambanan

Secara arkeologis kompleks candi Prambanan dibagi dalam tiga halaman yang berbentuk bujur sangkar, dan disusun secara berundak. Halaman yang terdalam berukuran 110 x 110 m, di sini ·terdapat candi yang letaknya berjajaran dari selatan ke utara, yang terdiri dari candi Brahma, candi Siwa, dan candi Wishnu. Semua can di tersebut menghadap ke timur. Di depan candi-candi tersebut terdapat tiga buah candi yang ukurannya lebih kecil, candi-candi ini semuanya menghadap ke barat. Di antara kedua deretan candi tersebut terdapat dua buah candi yang ukurannya lebih kecil lagi dan masing-masing disebut candi Apit dengan ukuran 6 x 6 m, tinggi 16 m dan terletak pada gapura/pintu masuk sisi utara dan sisi selatail. Arah hadap masing-rriasing Candi tersebut adalah ke selatan dan ke utara, jadi keduanya dalam posisi saling berhadapan. Selain itu, pada masing-masing sudut halaman terdalam ini terdapat candi-candi yang ukurannya lebih kecil lagi yaitu candi sudut dan candi kelir (dengan ukuran 1,55 x 1,55 m dan tinggi 4,10 m).

Selayang Pandang Candi Prambanan

Pagar keliling halaman yang terdalam ini telah berhasil disusun kembali, walaupun banyak menggunakan batu pengganti. Adapun ukurannya adalah sebagai berikut : tinggi 4,50 m, lebar bagian bawah 2 m, lebar bagian atas 1 m. Pagar keliling ini, sisi dalamnya tidak mempunyai hiasan, yang ada hanya berupa susunan bingkai rata, bingkai yang terbawah dibuat cukup lebar mempunyai selasar. Bagian sisi luar pagar dihiasi dengan beberapa bingkai yang disusun menjadi 2 bagian, bagian bawah terdiri atas susunan beberapa bingkai rata, kemudian disusul oleh dinding yang terbagi dalam panel-panel oleh bingkai tegak, dan pada panel-panel itu tidak mempunyai hiasan. Di atas dinding terletak susunan bingkai rata dengan deretan antara simbar di atasnya, dan selanjutnya disusul oleh bagian atas tembok yang terdiri dari deretan bingkai rata pula.

Belum semua pintu gerbang berhasil disusun kembali, karena batu-batunya telah banyak yang hilang. Pintu gerbang halaman pusat ini yang telah berhasil disusun, barulah yang terletak di sebelah utara, mungkin karena letaknya di dekat sawah dan jarang dilalui pengunjung sehingga tidak banyak batunya yang hilang.

Adapun ukuran pintu gerbang ini adalah:

  • tinggi keseluruhan : 9,40 meter
  • tinggi lubang pintu : 3 meter
  • lebar lubang pintu : 1, 70 meter

Atap pintu gerbang disusun mirip dengan bentuk atap-atap candi di kompleks tersebut, terdiri atas 2 undakan dan diakhiri oleh puncak berbentuk keben susun yang dibuat ramping dengan ujung memanjang ke atas, mirip meru.

Pada kiri kanan setiap pintu gerbang terdapat talang air (jaladwara) untuk membuang air dari halaman pusat ini. Hanya sayangnya ·ke-8 talang air ini sudah patah sehingga tidak diketahui lagi bentuknya. Halaman pusat ini permukaannya dibuat miring ke arah luar untuk memudahkan pembuangan air. Selanjutnya dapat kita kemukakan bahwa halaman pusat ini temyata lebih tinggi 4,20 meter dari halaman ke II, sehingga pada pintu gerbang di sebelah selatan terdapat 9 buah anak tangga untuk turun ke halaman ke II.

Halaman kedua yang berukuran 222 x 222 m ini mengelilingi halaman pertama dan letaknya pun lebih rendah dari halaman pertama. Pagar keliling halaman II ini batu aslinya tidak lengkap lagi, sehingga tidak dapat disusun kembali. Meskipun demikian dari basil penelitian pagar keliling halaman ke II ini mempunyai 4 buah pintu gerbang pada pada keempat sisinya, dan garis pagar ini sejajar dengan pagar keliling halaman pertama. Di dalam halaman ini terdapat 224 candi Perwara ratarata mempunyai ukuran 6 x 6 m dan tinggi rata-rata 14 m, yang berderet mengelilingi halaman pertama terbagi dalam empat baris, masing-masing terdiri dari 68, 60, 52, 44 buah candi. Menarik perhatian adalah arah hadap candi-candi tersebut, yaitu keluar, maksudnya membelakangi halaman utama. Bahkan candi-candi yang terletak di su_dut halaman mempunyai 2 pintu, yaitu pintu depan dan pintu-pintu samping.

Halaman ketiga yang melingkari halaman kedua ukurannya agak lebih luas yaitu 390 x 390 m. Khusus untuk halaman ketiga ini, pagar kelilingnya tidak sejajar dengan pagar pertama dan pagar keliling yang kedua, tetapi disusun sedemikian rupa sehingga letak pintu gerbangnya tepat pada satu garis dengan pintu-pintu gerbang kedua halaman yang ada di dalamnya, serta garis pagar tenggara dan barat laut dekat letaknya dengan garis pagar halaman II sebelah selatan pagar keliling sisi barat bahkan saat ini sudah hilang sama sekali karena pagarnya memotong sungai Opak yang letaknya memang agak dekat dengan candi Prambanan. Namun demikian dari upaya susunan percobaan diperkirakan ketebalan dinding pagar keliling ini adalah 2,05 m dan tingginya, 3.05 m. Dari keempat pintu gerbang pada halaman III ini yang berhasil disusun kembali adalah gerbang sisi utara. Di samping bentuk ukuran tembok pagar keliling, perlu kita perhatikan pula jenis bantuan yang dipakai untuk membuat ketiga tembok tersebut. Khusus untuk tembok pagar halaman pusat telah dipakai 2 jenis batuan yaitu batu kali (batu andesit) yang keras dan berwarna kehitam-hitaman untuk batu kulit (outer stones), dan batu padas atau lebih dikenal sebagai batu putih untuk batu isian (inner stones) dinding tersebut. Pemakaian keduajenis batuan untuk batu kulit dan batu isian itu tidak hanya terbatas pada dinding pagar tetapi terdapat juga pada candi-candi besar di kompleks Prambanan.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pagar kelilmg ketiga candi berdenah bujur sangkar, tetapi letak pagar keliling ke III tidak sejajar ciengan letak pagar kedua halaman lainnya, sehingga ketika akan dicari titik pusat halaman hanya bisa ditarik dari sudut-sudut halaman ke II dan bukan dari sudut-sudut halaman ke III. Setelah ditarik garis lurus dari sudut-sudut halaman kedua melalui sudut-sudut halaman pusat, ternyata titik pusat kedua halaman candi terdapat di sebuah candi kecil yang terletak di sebelah selatan tangga candi Siwa sebelah timur. Sebagai tanda bahwa bangunan kecil tersebut adalah titik pusat candi, maka dengan demikian ruang utama (garbhagrha) candi Siwa tidak terletak tepat di atas titik pusat, tetapi sedikit tergeser ke sebelah barat lautnya.

Penempatan garbhagrha yang tidak tepat di pusat halaman candi, tidak sesuai dengan aturan yang digariskan oleh kitab-kitab vastuvidya di India. Di dalam kitab-kitab vastuvidya tersebut antara lain terdapat aturan untuk membuat bangunan suci, mulai dari memilih lokasi hingga penempatan dewa-dewa, dan termasuk di dalamnya adalah cara mempersiapkan tanah yang akan dijadikan halaman kuil. Menurut kitab-kitab tersebut sebelumnya membuat bangunan (vastu) khususnya bangunan suci, harus didahului dengan berbagai upacara, diantaranya upacara memberi gambaran-gambaran magis lokasi yang telah dipilih tersebut.

Demikian artikel mengenai Selayang Pandang Candi Prambanan, mudah-mudahan bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.

Komentar0

Tinggalkan komentar Anda disini: