MlatenMania.com - Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan yang bernilai ekonomis serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari makanan pada malam hari. Ikan lele memiliki berbagai kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi.
Klasifikasi Ikan Lele
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Morfologi Ikan Lele
Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborecent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan yang memanjang pipih kebawah (depressed), berkepala pipih dan memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba.
Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak empat pasang, satu pasang diantaranya lebih panjang dan besar. Sirip dada dilengkapi sepasang duri tajam dan patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm terutama pada ikan lele dewasa, sedangkan pada ikan lele yang tua sudah berkurang racunnya. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku dan panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel pada rahang.
Habitat Dan Kebiasaan Ikan Lele
Habitat ikan lele adalah semua perairan air tawar, misalnya di sungai yang airnya tidak terlalu deras atau di perairan yang tenang (danau, waduk, rawa-rawa) dan genangan-genangan air lainnya (kolam dan air comberan). Di sungai, ikan lele ini lebih banyak dijumpai pada tempat-tempat yang alirannya tidak terlalu deras. Pada tempat kelokan aliran sungai yang arusnya lambat, ikan lele seringkali tertangkap. Ikan ini tidak menyukai tempat-tempat yang tertutup rapat oleh tanaman air, tetapi lebih menyukai tempat yang terbuka. Ini mungkin berhubungan dengan sifatnya yang sewaktu-waktu dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut arborecent organ, yaitu alat pernapasan tambahan yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah, yang terletak di bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga, serta berbentuk mirip dengan pohon atau bunga-bunga. Oleh karena itu, lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara dengan cara menyembul ke permukaan air. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30oC, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27oC, kandungan oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.05 ppm.
Faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele yang perlu diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air. Meskipun ikan lele bisa bertahan pada kolam yang sempit dengan padat tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu juga pakan yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan kuantitasnya disesuaikan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air, sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat bertahan hidup.
Jenis Ikan Lele
1. Lele Dumbo
Tahun introduksi ikan lele Dumbo ke Indonesia dalam publikasi-publikasi populer non-ilmiah disampaikan secara berbeda-beda, antara lain disebutkan terjadi pada tahun 1984 (Republik Lele, 2010), tahun 1985 (Sunarma, 2004) ataupun tahun 1986 (Suyanto, 2008). Buku-buku populer menyebutkan bahwa ikan lele Dumbo diintroduksi dari Taiwan ke Jakarta oleh PT Cipta Mina Sentosa. Pada awalnya identitas dalam dokumen pengiriman disebut sebagai spesies ikan lele lokal Taiwan C. fuscus, tetapi selanjutnya direvisi menjadi spesies ikan lele Afrika C. gariepinus. Belakangan, ikan lele tersebut disebut-sebut (termasuk oleh importirnya) sebagi ikan lele hibrida hasil hibridasi antara betina ikan lele C. fuscus dengan jantan ikan lele C. gariepinus (Mahyudin, 2008; Suyanto, 2008). Akhirnya identitas terakhir tersebutlah yang banyak digunakan dalam buku-buku populer dan dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah, sedangkan beberapa peneliti, akademisi, dan praktisi meragukan kebenaran identitas tersebut, dan sebagian meyakini bahwa ikan lele dumbo sebenarnya adalah spesies ikan lele C. gariepinus.
Dugaan bahwa ikan lele Dumbo adalah spesies ikan lele C. gariepinus tersebut terutama didasarkan pada karakteristik morfologisnya yang menyerupai morfologi ikan-ikan lele yang belakangan diintroduksi ke Malang (Jawa Timur) pada tahun 1985-1986, ikan lele paiton yang diintroduksi ke Paiton, Probolinggo (Jawa Timur) pada tahun 1998, ikan lele Mesir yang diintroduksi ke Cijengkol, Subang (Jawa Barat) pada tahun 2007 maupun ikan lele masamo yang diintroduksi ke Mojokerto (Jawa Timur) pada tahun 2010 (Sudarto, Maheno Sri Widodo, Pudji Suwargono, Darsono, Fauzul Mubin, pengamatan dan komunikasi pribadi). Beberapa publikasi internasional maupun regional dalam bentuk ulasan (review) tentang perikanan budidaya di Indonesia menuliskan nama ilmiah ikan lele dumbo sebagai C. gariepinus (Eidman, 1989; Yusuf, 1995; Hardjono dan Sunarto, 2005). Namun demikian, seluruh informasi tersebut hanyalah berdasarkan publikasi-publikasi populer non-ilmiah maupun hasil komunikasi pribadi dengan par ahli dan belum terdapat publikasi yang secara ilmiah menegaskan identitas atau status ikan lele Dumbo.
Hasil-hasil penelitian tentang cenderung tidak fertilnya jantan ikan-ikan lele hibrida hasil hibridasi antara jantan ikan lele Afrika C. gariepinus dengan betina spesies-spesies ikan lele lokal Asia tersebut mengindikasikan bahwa ikan lele Dumbo bukanlah ikan nlele hibrida hasil hibridasi antara betina lele C. fuscus dengan jantan C. gariepinus, karena karakteristik biologi reproduksi jantan ikan lele Dumbo bersifat fertil dan normal. Jika ikan lele Dumbo merupakan ikan hasil hibridasi antara ikan lele C. fuscus dengan C. gariepinus, maka perkawinan diantara sesama ikan lele dumbo tersebut seharusnya menghasilkan keturunan dengan karakteristik yang berbada dari ikan lele Dumbo. Perkawinan diantara sesama ikan hibrida akan menghasilkan keturunan dengan karakteristik yang tidak stabil dan berbeda-beda (Perez & Rylander, 1998). Hal tersebut juga merupakan indikasi bahwa ikan lele Dumbo bukanlah ikan lele hibrida.
2. Lele Sangkuriang
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele sangkuriang yang berasal dari persilangan antara induk jantan Dumbo keturunan ke-6 dengan betina keturunan ke-2 yang dilakukan sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele Dumbo (Anonimus, 2005). Penamaan ikan lele Sangkuriang mengambil nama seorang anak dari cerita mitologi sunda. Dalam cerita tersebut adalah seorang anak bernama Sangkuriang yang berhasrat mengawini ibunya sendiri. Karena hal itulah nama ikan lele Sangkuriang menjadi nama varietas ikan lele hasil silang balik.
Secara umum morfologi ikan lele Sangkuriang tidak memiliki banyak perbedaan dengan lele Dumbo. Hal tersebut terjadi karena ikan lele Sangkuriang sendiri merupakan hasil silang dari induk lele Dumbo. Tubuh ikan lele Sangkuriang berbentuk memanjang, berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Bentuk kepala menggepeng (depress), dengan mulut yang relatif lebar, memiliki empat pasang sungut. Ikan lele sangkuriang memiliki tiga sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. Sementara itu sirip yang berpasangan ada dua yaitu sirip dada dan sirip perut. Pada sirip dada terdapat sepasang patil atau duri keras yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri dan kadang dapat dipakai untuk berjalan di permukaan tanah. Pada bagian atas ruangan rongga insang terdapat alat pernafasan tambahan yang berbentuk seperti batang pohon yang penuh dengan kapiler.
Menurut Lukito (2002), ikan lele Sangkuriang dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan yaitu kandungan oksigen sekitar 6 ppm, karbondioksida kurang dari 12 ppm, suhu antara 24°C-26°C, NH3 kurang dari 1 ppm dan cahaya tembus matahari kedalam air maksimum 30 cm. Dalam makalah yang disampaikan Sunarma (2004) pertumbuhan benih ikan lele Dumbo strain Sangkuriang pada pemeliharaan umur 5-26 hari akan menghasilkan laju pertumbuhan harian lebih tinggi sebesar 43,57% dibandingkan ikan lele Dumbo aslinya, begitu pula pada pemeliharaan umur 26- 40 hari dengan laju pertumbuhan harian mencapai 14,61%.
3. Lele Paiton
Lele strain Paiton merupakan ikan budidaya hasil dari MPIL (Model Pembenihan Ikan Lele) di daerah Mojokerto yang menghasilkan indukan F3, yang dikoleksi oleh Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRTPBPAT) Sukamandi, Jawa Barat sebagai bahan dasar untuk melakukan pemuliaan. Menurut Anonim (2005) strain paiton dihasilkan dari persilangan antara ikan lele Thailand jantan dengan lele dumbo betina. Sedangkan ikan lele Thailand diperoleh dari pembudidaya di daerah Cijengkol, Subang Jawa Barat yang merupakan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang didatangkan dari Thailand.
Kualitas lele Paiton tidak kalah dengan lele Sangkuriang, kualitas lele Paiton juga diakui oleh Kasubdin Perikanan Budidaya Provinsi Banten, Wahjul Chair. Dari hasil pengujian ilmiah, lele paiton memang punya kualitas yang setara dengan lele Sangkuriang. Meski lele paiton ditemukan oleh pembudidaya namun kualitasnya boleh diadu dengan lele Sangkuriang yang ditemukan dari laboratorium.
4. Lele Mutiara
Ikan lele Mutiara merupakan strain unggul baru ikan lele Afrika hasil pemuliaan Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi yang telah ditetapkan rilisnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 77 KEPMEN-KP/2015. Ikan lele Mutiara dibentuk melalui seleksi individu pada karakter laju pertumbuhan selama tiga generasi, sehingga memiliki keunggulan utama pertumbuhan yang cepat. Sebagai strain unggul yang dibentuk melalui proses seleksi individu, selain unggul pada aspek pertumbuhan, ikan lele Mutiara diharapkan juga memiliki keunggulan-keunggulan yang lain, salah satunya adalah stabilitas karakteristik morfologisnya. Sebagai strain yang baru dibentuk, ikan lele Mutiara masih memiliki keragaman genetis yang relatif tinggi dengan tingkat inbreeding yang relatif rendah serta tidak menunjukkan penurunan keragaman genetis selama proses seleksinya.
Ikan lele Mutiara memiliki banyak keunggulan seperti laju pertumbuhan yang tinggi hingga 40% dibandingkan lele yang saat ini dibudidayakan pembudidaya. Dengan presentase laju pertumbuhan itu, waktu pemeliharaan dapat lebih singkat. Bibit ukuran 5-7 cm dapat dipanen dalam waktu 45-50 hari dengan ukuran panen 6-9 ekor/kg dan keseragaman ukuran mencapai 80%. Keunggulan lainnya adalah irit dalam penggunaan pakan yang berdampak menekan pengeluaran biaya pakan. Angka rasio konfersi pakan (FCR) hanya 0,8. Sedangkan ikan lele jenis lainnya mempunyai nilai FCR antara 1-1,2. Selain itu ikan lele mutiara lebih tahan terhadap serangan penyakit, ini dibuktikan dengan direndam ikan lele Mutiara didalam bakteri aeromonas sp selama 60 jam hanya 30% ikan yang mati, menurut Peneliti dari Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi.
Sistem Budidaya Ikan Lele
1. Sistem Budidaya Tradisional
Kolam untuk memeliharanya dapat dipergunakan kolam yang dasar dan tanggulnya tanah, yaitu kolam yang lazim untuk memelihara ikan. Konstruksi yang khusus pun tidak di persyaratkan. Kedalaman air ± 1 meter, airnya tidak perlu terlalu jernih, air darisaluran irigasi sawah di anggap memadai. Pencemaran dari pestisida sawah maupun dari limbah industri harus dihindarkan. Aliran air tidak perlu deras, bahkan pergantian air secara sebagian seminggu sekali saja sudah cukup baik. Ikan lele memang secara alamiah dan naluriah biasa hidup di air yang tergenang, serta banyak bahan organiknya
2. Sistem Budidaya Semi Intensif
Pola pengelolaan usaha budidaya perairan semi intensif merupakan perbaikan dari pola ekstensif plus sehingga sering disebut pola ekstensif yang diperbaiki. Kegiatan pengelolaan wadah pemeliharaan semakin banyak, dimulai dari pengelolaan tanah, pengapuran, dan pemupukan. Selama pemeliharaan, biota budidaya juga diberikan pakan buatan dan tambahan secara teratur, 1-2 kali/hari.
Kolam yang digunakan adalah kolam bagian kolamnya (dinding pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah. Budidaya semi intensif dilakukan tidak hanya mengandalkan manipulasi lingkungan, tetapi campur tangan manusia lebih banyak terlibat didalamnya untuk mencapai hasil yang optimal melalui beberapa sentuhan teknologi budidaya.
3. Sistem Budidaya Intensif
Intensifikasi budidaya ikan di tandai dengan peningkatan padat penebaran yang diikuti dengan peningkatan pemakaian pakan buatan kaya protein. Industri akuakultur dalam upaya memperoleh keuntungan menghadapi kendala harga produk rendah sementara biaya input selalu meningkat, dan semakin terbatasnya sumberdaya lingkungan, air, dan lahan. Sistem akuakultur intensif berkaitan dengan bagaimana menghasilkan ikan secara efisien. Dua faktor pembatas penting dalam sistem akuakultur intensif adalah kualitas air dan aspek ekonomi.
Teknologi bioflok merupakan salah satu contah pengembangan dari sistem budidaya intensif, pada teknologi ini ikan lele dapat dibudidayakan dengan padat penebaran mencapai 1.000 ekor/m3, hal ini menjadi salah satu alternatif pemecah masalah limbah budidaya intensif, teknologi ini paling menguntungkan karena selain dapat menurunkan limbah nitrogen anorganik dari sisa pakan dan kotoran, teknologi ini juga dapat menyediakan pakan tambahan berprotein untuk ikan budidaya sehingga dapat menaikkan pertumbuhan dan efisiensi pakan.
Kandungan Gizi Ikan Lele
Ikan lele merupakan salah satu bahan makan bergizi yang mudah dihidangkan sebagai lauk. Kandungan gizi ikan lele sebanding dengan daging ikan lainnya. Beberapa jenis ikan, termasuk ikan lele mengandung protein lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan daging hewan. Nilai gizi ikan lele meningkat apabila diolah dengan baik. Kandungan gizi ikan (termasuk ikan lele) dan lele goreng menurut hasil analisis komposisi bahan makan per 100 gram. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Komposisi Gizi Ikan Segar 100 g
Komposisi Gizi per 100 gram Beberapa Ikan Air Tawar dan Payau
Demikian artikel mengenai Mengenal Lebih Dekat Ikan Lele, mudah-mudahan bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.
Komentar0
Tinggalkan komentar Anda disini: